Selasa, 30 Desember 2014

Nangluk Merana di Tanggun Desa




PEJENG, Upacara nangluk merana rutin dilaksanakan umat Hindu di Kaupaten Gianyar, setiap tahun tepatnya saat rahina tilem keenem. Ritual nangluk meran ini dipusatkan di Pantai Lebih, Gianyar. Bagaimana dengan di Pejeng?

Seperti halnya di desa-desa lainnya di Kabupaten Gianyar, Krama Desa Pakraman Jero Kuta Pejeng juga melaksanakan nangluk merana. Hanya saja ritual ini dipusatkan di tanggun desa, yakni perbatasan desa Pejeng-Bedulu, Minggu 21 Desember 2014.

Ratusan umat tampak duduk rapi di jaba sebelah timur Pura Kebo Edan. Mereka semua dengan sabar menunggu berlangsungnya prosesi nangluk merana. Tak lama kemudian rauh Ida Betara sesuhunan Ida Ratu Mas. Begitu tiba di lokasi upacara, prosesi upacara pun dilaksanakan. Sementara Ida Pedanda Anyar Geriya Sanding, Pejeng tampak khusyuk memaput upacara.
Setelah seluruh rangkaian upacara nangluk merana usai, Ida Ratu Mas kemudian melancaran ke beberapa Pura yang ada di Pejeng diiringi seluruh krama. Setelah itu Ida Betara Ratu Mas mewali budal ke Pura Kebo Edan.

Upacara Nangluk Mrana (merana) adalah upacara yadnya yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar melindungi alam semesta raya beserta isinya dari segala wabah penyakit maupun serangan hama serta bencana.
Jadi, ritual nangluk merana ini bertujuan untuk memohon agar umat terbebas  dari wabah penyakit dan bencana, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat dan alam semesta. (dey)

Senin, 29 Desember 2014

Mepatung, Maturan, Paruman Hingga Barong Ngelawang

Perayaan Galungan dan Kuningan di Pejeng

PEJENG, Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Pejeng berlangsung aman, lancar dan cukup meriah. Suasana menyambut hari raya sudah terasa sejak beberapa hari menjelang Galungan. Kesibukan warga meningkat, sejumlah warung di pinggir-pinggir jalan berlomba menjual perlengkapan penjor, seperti gelungan, sampiyan, hingga aksesoriesnya berupa lampion, kain putih kuning, pita warna-warni dan lainnya.
Kesibukan semakin jelas terasa saat penyajan hingga penampahan Galungan. Saat penyajan, pasar terbesar di Pejeng ini tampak dipadati pedagang dan pembeli dari berbagai pelosok desa. Mereka umumnya membeli segala keperluan untuk menyambut hari raya, baik untuk banten maupun keperluan mebat. Puncak kesibukan warga terjadi saat penampahan Galungan. Mulai dini hari, warga sibuk mepatung, ada pula yang menempuh cara praktis dengan membeli daging babi di pasar terdekat. Setelah mendapat daging, dilanjutkan mebat. Usai mebat dilanjutkan dengan mamenjor (memasang penjor) di depan rumah warga masing-masing. Sementara kaum perempuannya sibuk membuat banten untuk dihaturkan ke sanggah / merajan serta Pura-Pura pada saat hari Galungan.
Pada saat Galungan tib, warga tampak lalu lalang pedek tangkil ke pura-pura yang ada di Pejeng. Seperti Pura Puseh/Desa, Pura Manik Corong, Pura Penataran Sasih, Pura Pusering Jagat, Pura Atman Surat, Pura Kebo Edan, Pura Melanting Pasar Pejeng, Pura Pucak, Pura Prajapati dan Dalem Tengaling.
Kesibukan yang nyaris sama juga terlihat saat krama menyambut hari Raya Kuningan. Bedanya, suasana saat hari raya Kuningan lebih sepi jika dibandingkan dengan saat Galungan. Itu biasa terjadi, lantaran proses persembahyangan hari raya Kuningan dibatasi hingga tengah hari, sebelum Ida Bethara, Para Dewa diiringi para Pitara mewali budal ke swarga loka.
Rutinitas selama hari raya Galungan dan Kuningan di Pejeng tetap berlangsung seperti biasa. Saat Umanis Galungan krama di masing-masing banjar menggelar paruman. Dalam paruman ini membahas berbagai persoalan banjar maupun desa adat maupun desa dinas. Baik yang sudah berjalan, ataupun sedang dan akan dilaksanakan demi pembangunan desa Pejeng.
Selain paruman, pada sore harinya Sasuhunan Ida Ratu Mas melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng diiringi seluruh warga. Beberapa hari berikutnya –masih dalam suasana Galungan dan Kuninangan—giliran Sasuhunan Ida Ratu Agung melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng.
“Yaah begitu lah rutinitas warga di Pejeng selama ini,” ujar Dewa Raka, salah seorang warga saat ditemui ngiring sasuhunan melancaran.

Yang membuat suasana agak berbeda adalah prosesi ngelawang barong bangkal. Biasanya, sekeha barong anak-anak lokal Pejeng aktif ngelawang keliling desa. Itu dilakukan hampir setiap hari, selama Galungan - Kuningan. Namun kali ini, sekeha barong yang ngelawang justru dari luar Pejeng. Tak ada pilihan lain, warga pun ramai-ramai ngupah, sambil nonton barong bangkal ngelawang dan sesekali berteriak ciiiiiiittt… tah..! Terlepas dari semua itu suasana hari raya kali ini di Desa Pejeng tetap meriah. (dey)

Minggu, 30 November 2014

Ribuan Siswa Ikut Jalan Santai Hari Guru Nasional

PEJENG, Suasana di sekitar Lapangan Sapta Dharma Pejeng, Sabtu 22 November 2014 tampak lain dari biasanya.  Sejak pagi, ribuan siswa dari berbagai sekolah  se-Kecamatan Tampaksiring tampak memadati jalan menuju lapangan. 

Saking banyaknya, beberapa di antaranya bahkan memarkir sepeda motornya di kiri-kanan jalan mulai dari depan Pos Kamling BOECOE ke arah utara menuju lapangan. Ratusan Guru juga tampak mendampingi para siswa dari kalangan SD hingga SMA dan SMK tersebut.  Ada apa gerangan?

Rupanya, pagi itu berlangsung jalan santai serangkaian Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-69 yang jatuh pada 25 November 2014. Tampak sejumlah pejabat dari kecamatan berbaur bersama ribuan murid dan guru untuk bersama-sama menempuh rute jalan santai. Mulai dari lapangan Sapta Dharma Pejeng, kemudian ke arah timur menuju Panglan, Kelusu, Gepokan, Cagaan dan finish di Lapangan Sapta Dharma Pejeng.  Setelah menempuh jarak sekitar 8 km, seluruh peserta kembali berkumpul di lapangan Sapta Dharma, sembari menunggu hasil undian peserta.

Serangkaian Hari Guru Nasional dan HUT ke-69 PGRI yang dipusatkan di Pejeng, berbagai kegiatan digelar. Sebelumnya dilangsungkan senam bersama, serta pertandingan olahraga yang melibatkan seluruh guru. Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para guru maupun siswa. Mereka penuh semangat memberi dukungan kepada  para guru yang bertanding.  

Sejumlah siswa mengaku senang mengikuti kegiatan jalan santai ini. Selain diikuti ribuan peserta, mereka juga bisa mengenal dari dekat desa-desa yang dilalui pada saat jalan santai ini.


“Jarak yang ditempuh memang jauh dan melelahkan, tapi saya senang karena dapat pengalaman baru, tahu keberadaan desa-desa yang saya lalui saat jalan santai,” ujar Dewa Ariguna, usai mengikuti jalan santai. Hal senada dikatakan siswa lainnya. Pasalnya, selain dapat pengalaman baru, mereka juga senang karena dapat hadiah undian. (dey)

Balai Banjar Puseh "Diplaspas"

Pejeng, Setelah melalui berbagai tahapan pembangunan, akhirnya Balai Banjar Puseh Pejeng rampung. Balai banjar yang berdiri megah itu pun langsung diplaspas pada Jumat 21 November 2014, bertepatan rahina Tilem Kelima. 

Upacara ini dipuput Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng. Upacara  dilaksanakan serangkaian dengan piodalan di Pelinggih Pelangkiran balai banjar setempat yang jatuh pada rahina Tumpek Uduh, Sabtu 22 November  2014.

Seluruh krama banjar Puseh jauh-jauh  hari sebelumnya telah sibuk ngayah. Mulai dari mareresik, hingga mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk upacara mlaspas serta piodalan tersebut. Sejumlah krama pun bangga apa yang diidam-idamkan sejak lama --punya balai banjar yang anyar dan refresentatif-- akhirnya terwujud.

 “Syukurlah,  akhirnya kita punya balai banjar yang cukup megah,” ujar sejumlah krama di sela-sela upacara.


Sementara itu, keesokan harinya Sabtu 22 November 2014 sore, ratusan krama mendak Ida Ratu Mas di Pura Kebo Edan, kemudian bersama-sama ngiring  ke lokasi upacara di Balai Banjar Puseh. Setibanya di Pelangkiran, Balai Banjar Puseh, prosesi upacara puncak piodalan pun dimulai, dipuput Ida Pedanda Wayahan Bun. 

Seluruh krama tampak khusyuk melakukan persembahyangan. Usai katuran piodalan, krama kembali ngiring Ida Ratu Mas mewali budal ke Pura Kebo Edan. Selama ida Betara nyejer, dipentaskan berbagai tari-tarian termasuk lawak Petruk, dkk. (dey)

Jumat, 21 November 2014

Lomba Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna

* SMPN 3 Tampaksiring Duta Kabupaten Gianyar

PEJENG,  Nama SMPN 3 Tampaksiring tampaknya sedang naik daun. Sekolah yang berlokasi di desa Pejeng ini kerap dipercaya mengikuti berbagai lomba, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi. Salah satunya yang baru saja berlangsung adalah lomba Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) Tingkat Propinsi Bali. Penilaian lomba ini dilaksanakan Jumat, 14 November 2014 lalu, di wantilan Pura Dalem Tengaling.

Dalam lomba PKTP tahun ini, Kabupaten Gianyar juga diwakili SD Negeri 4 Manukaya dan SMAN 1 Tegallalang. Ketiga sekolah ini merupakan Pelaksana Upaya Kesehatan Sekolah Kabupaten Gianyar tahun 2013. Penilaian lomba PKTP ini dipimpin langsung Wakil Ketua 1 Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Bali (Koordinator), Prof. dr. W. Suardana, SP.THT (K).

Prof. Suardana dalam sambutannya mengatakan, kanker menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan, salah satunya menyasar anak-anak sekolah untuk mengenali ancaman sekitar melalui deteksi dini kanker.
Dikatakan, PKTP mulai menyasar sekolah baik SD, SMP, SMA sejak tahun 2006, dengan harapan pengetahuan tentang perjalanan penyakit kanker secara dini dapat dimengerti dan diketahui anak-anak. Dengan demikian, perilaku dan pola hidup bersih dan sehat dapat meningkat baik di kalangan murid, pengelola kantin dan guru sekolah. 

Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) adalah program penanggulangan penyakit kanker menyeluruh yang dilaksanakan oleh semua potensi yang ada, baik pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta melalui empat aspek penanggulangan kanker yaitu pencegahan primer, deteksi dini, pengobatan, paliatif/bebas nyeri secara multi disipliner.

‘’Faktor makanan yang tidak sehat menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit kanker,” terangnya. Untuk itu kantin sekolah harus memperhatikan aspek kesehatan terutama tidak menggunakan pengawet, pemanis buatan, pewarna buatan, penyedap dan pengenyal.
Berdasarkan penelitian di Indonesia maupun di dunia membuktikan bahwa sebagian besar (80%) kanker paru disebabkan oleh kebiasaan merokok. Di Indonesia lebih kurang 76% penduduknya mulai merokok  di bawah usia 25 tahun.

 Kepala Dinas  Kesehatan Kabupaten Gianyar Ida Ayu Cahyani mengatakan, kebijakan pengendalian kanker dari pemerintah menitikberatkan pada upaya promotif-preventif yaitu peningkatan perilaku sehat usia dini seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, deteksi dini dan pengobatan kemandirian. “Begitu mengkhawatirkannya kasus kanker, maka pemerintah menyasar  sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kanker. Sehingga anak-anak menjadi waspada,” terangnya.  

Berdasarkan data di RSUD Sanjiwani Gianyar, jumlah penderita kanker payudara 52 orang, kanker rectum 17 orang, kanker nasofaring 16 orang, kanker paru-paru 15 orang dan kanker serviks 14 orang. (dey/hms)


Tanggulangi Kemiskinan

 IPEC Gelar Pertemuan di Pejeng


PEJENG, Desa Pejeng belakangan ini terus menggeliat. Pembangunan di berbagai sektor kini gencar dilaksanakan, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Cokorda Agung Kusuma Yudha Pemayun. Melihat berbagai terobosan yang dilakukan Kades Cok Agung, tidak berlebihan jika Pejeng dipilih sebagai salah satu desa di Bali yang menjadi lokasi kegiatan Indonesia Poverty dan Empowerment Conference (IPEC) 2014. IPEC ini sebelumnya dikenal dengan Temu Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

Koordinator IPEC 2014 Melly Hassan, saat diskusi di Pekarangan Merdeka Pejeng, Minggu 16 November,  mengatakan kegiatan yang digagas LSM Sinergi Indonesia  ini sudah ketiga kalinya digelar. Dalam menghimpun simpul-simpul penanggulangan kemiskinan, pihaknya membagi menjadi tiga kelompok yakni kawasan pesisir, perkotaan dan pedesaan. Khusus untuk pedesaan, pihaknya mengambil sampel di Desa Pejeng, Tampaksiring. Alasannya, Desa Pejeng di bawah Kepala Desa Cok Agung Kusuma Yudha Pemayun sedang gencar-gencarnya menjalankan program pengentaskan kemiskinan dengan kearifan lokal.
“Cok Agung selaku kepala desa merupakan seorang champion dalam membangun desanya," jelasnya. 

Diakui, dalam program pengentasan kemiskinan di Desa Pejeng,  tak bisa dilepaskan dari figur pemimpinnya yakni Cokorda Agung. Selain sebagai Kades, Cok Agung juga dikenal sebagai seorang entrepreneur yakni perintis perajin batik bebalian di desanya. Upaya ini mampu  memberikan harapan baru kepada masyarakat, khususnya kaum pemuda dan ibu rumah tangga.

“Cok Agung merupakan tokoh inspiratif yang menggerakkan semangat para pemuda dan ibu-ibu rumah tangga di Desa Pejeng untuk tetap semangat dalam menanggung beban keluarga,” tegasnya. 

Dikatakan, Cok Agung rela keluar dari pekerjaannya dan kemudian belajar membatik di Pulau Jawa. Keahliannya itu kemudian dikembangkan di desanya dengan membuka usaha canting. Para ibu rumah tangga dan pemuda setempat direkrut sebagai tenaga kerja. 
Yang menarik, dalam pertemuan itu hadir dua narasumber lainnya yakni Andre Graff, warga asal Perancis yang menjual perusahaan balon udara untuk mengentaskan kemiskinan di Sumba, NTT khususnya soal kekurangan air. Satu lagi adalah I Gede Nyoman Bayu Wirayuda yang sangat getol dengan konservasi satwanya. Baginya memelihara satwa dan lingkungan merupakan salah satu pengentasan kemiskinan.

"Pada prinsipnya kami berbuat semuanya karena hati," kata Cok  Agung. Menurutnya, berbuat untuk kepentingan warga desa adalah sebuah kewajiban dan panggilan hati. Terlebih, sebagai warga masyarakat Bali, nantinya dipastikan akan kembali pulang ke desa. “Saatnya sekarang saya kembali pulang untuk mengabdikan diri kepada masyarakat Pejeng,” pungkasnya. (dey).


Tarik Wisatawan, Gelar Pentas Seni Setiap Malam Purnama 


PEJENG - Sebagai desa pendamping kawasan wisata Ubud, Pejeng belum menikmati secara maksimal berkah dari pariwisata itu. Salah satu upaya yang kini mulai dibangkitkan adalah dengan pementasan seni yang dirangkaikan dengan gala dinner setiap bulan purnama di Jaba Puri Somanegara, Pejeng.

Pada acara yang dikemas dalam “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”, Sabtu 8 November lalu, digelar pertunjukan kesenian klasik seperti mawirama, wayang kulit, wayang wong dan tari kecak yang mengambil lakon “Kumbakarna Gugur”. Pentas seni tersebut melibatkan para seniman lokal dan siswa-siswi SMP Santi Yoga Pejeng.
Dalam acara itu, puluhan wisatawan mancanegara tampak enjoy menonton sembari dinner. Beberapa di antara mereka tampak sibuk mengabadikan pementasan seni tersebut menggunakan kamera digital yang dibawanya.

Pertunjukan seperti ini  rencananya rutin dilaksanakan setiap purnama.
Perbekel Desa Pejeng Cok Agung Kusumayudha Pemayun menjelaskan, jika kesenian Desa Pejeng sudah bangkit maka akan memudahkan mendatangkan wisatawan. Sebab Desa Pejeng menjadi jalur perlintasan wisatawan yang berkunjung ke Kintamani dan Batur, Bangli.  “Jika semuanya sudah berjalan, tinggal mengarahkan saja. Kami berharap potensi wisata Desa Pejeng bangkit dan menjadi daya tarik wisatawan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. 

Sementara itu, Tokoh Puri Pejeng, Cok Rai Widiarsa Pemayun mengatakan, pementasan karya seni bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”  ini digelar serangkaian jamuan makan malam yang dihadiri sekitar 50 wisatawan mancanegara. Pihaknya menjalin kerjasama dengan sejumlah travel agent untuk mempromosikan potensi wisata Pejeng. “Kami sengaja melibatkan seniman lokal sebagai upaya untuk memberdayakannya, sehingga mereka bisa tampil maksimal dan memperkenalkan potensi yang dimiliki, ” tegasnya. (dey)

Kamis, 20 November 2014

Kobarkan Semangat Gusti Ngurah Rai

* Ratusan Siswa Sambut Peserta Napak Tilas di Pejeng

PEJENG, Ratusan siswa SD dan SMP se Desa Pejeng menyambut peserta napak tilas Pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Kamis 13 November 2014. Iring-iringan yang membawa pataka dan panji-panji perjuangan Ngurah Rai tiba di Pejeng sekitar pukul 18.00 Wita.
Tampak ratusan siswa  membawa bendera merah putih, berjejer di pinggir jalan mulai dari monumen perjuangan rakyat Pejeng. Mereka menyambut pasukan pembawa panji-panji dan Pataka Ngurah Rai  dengan penuh semangat, sembari mememikkan kata-kata merdeka… merdeka, merdeka, di sepanjang perjalanan.

Ketika memasuki Jaba Puri Pejeng tampak ratusan siswa SMP Santiyoga membawa obor dan bendera merah putih. Diriingi tetabuhan balagenjur, mereka bersiap-siap menyambut pasukan pembawa panji-panji Ngurah Rai untuk bersama-sama menuju ke Tugu Pahlawan Sapta Dharma. Setibanya di Tugu Pahlawan, seluruh peserta menggelar upacara, dilanjutkan dengan tabur bunga. Setelah itu, pasukan napak tilas Ngurah Rai kembali menuju Gianyar.
Sebelumnya, panji-panji dan pataka Ngurah Rai di arak keliling Gianyar. Dilepas Asisten I Setda Gianyar Cokorda Rai Widiarsa mewakili bupati.

Cok Rai mengatakan, kegiatan Napak Tilas dan  Sarasehan ini merupakan momentum untuk memantapkan penghayatan terhadap nilai-nilai kejuangan oleh pahlawan bangsa. Nilai tersebut tercermin dalam semangat persatuan dan kesatuan, jiwa rela berkorban, mengutamakan kepentingan umum, pantang menyerah dalam pelaksanaan pembangunan.
“Kendati kita sudah merdeka, namun berbagai permasalahan masih harus dihadapi, yaitu kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, pemerataan pembangunan, dan pelbagai masalah sosial lainnya. Namun,kita tetap yakin semuanya akan terselesaikan. Apabila kita bahu membahu dalam pembangunan,’’ terang Pejabat asal Puri Pejeng itu. (dey)


Jumat, 31 Oktober 2014

Kemarau, Hektaran Sawah Petani Kekeringan

·      *  Saluran Irigasi Tersumbat Sampah, Gorong-Gorong Ambles

PEJENG, Musim kemarau yang berkepanjangan sejak empat bulan terakhir ini membuat hektaran sawah di kawasan Subak Pegending, Pejeng dan sekitarnya kekeringan. Para petani terpaksa menunda niatnya menanam padi, lantaran sulit mendapat air. Padahal, semestinya saat ini sedang musim tanam padi.

Pantauan di lapangan, tampak hektaran sawah kering kerontang ditumbuhi “embong” (sisa tanaman padi) serta rumput-rumput liar.  Tanah sawah yang biasanya berlumpur kini tampak retak-retak.

“Sudah sekitar empat bulanan petani di sini kesulitan air,” ujar A.A. Gde Rai Udara, seorang petani di kawasan Subak Pegending.

Dia tidak mengeathui secara pasti penyebab sulitnya air akahir-akhir ini. Namun, menurut informasi yang didapatnya dari teman-teman sesama petani, konon aliran air dari hulu sejak memasuki kemarau ini memang kecil.

“Konon air dari hulu sungai di kawasan Ulun Suwi, Pengembungan memang kecil, jadi tidak bisa mengairi sawah petani di sini,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan petani lainnya, Dewa Nyoman Nik. Menurutnya, saat kemarau seperti saat ini hampir semua sawah di kawasan Subak Pegending –yang sumber air irigasinya dari kawasan Ulun Suwi Pengembungan -- dalam kondisi kekeringan. 

‘’Biasanya setelah tiga atau empat minggu pasca panen padi, petani sudah bisa kembali mengolah tanah sawah, tapi saat ini tidak sama sekali,” keluhnya.
Selain itu, petani tadi juga mengeluhkan kondisi saluran irigasi menuju sawahnya yang tersumbat sampah serta terancam jebol di beberapa titik. “Lihat saja selokan di sebelah utara Banjar Guliang menuju ke arah barat, sering sekali tersumbat sampah,” ujar Gung Kak Rai.

Sementara itu, saluran irigasi yang nyaris putus terjadi di pertigaan jalan dari Pejeng menuju Tatiapi. Gorong-gorong di situ ambles, akibat tidak kuat menahan beban truk-truk bermuatan berat yang melintas di sana. Padahal proyek gorong-gorong itu belum ada setahun kelar.


Terhadap persoalan tersebut para petani hanya bisa pasrah. Pasrah menunggu musim hujan tiba dan pasrah menunggu pemerintah memperbaiki gorong-gorong yang jebol tersebut. Semoga masalah tersebut bisa segera teratasi, sehingga para petani bisa kembali beraktifitas seperti sedia kala. dey

“Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”

* Dibuka Bupati Agung Bharata  

Bupati Agung Bharata menyapa para tamu undangan "Cultural Wonders
of The Royal Pejeng perfomances 
PEJENG, Sebagai desa pendamping kawasan wiSata Ubud, Desa Pejeng memang belum tersentuh sektor pariwisata. Padahal, di desa tua ini, banyak ada potensi wisata yang masih belum tergali, termasuk sejumlah peninggalan purbakala. Pun demikian, dari segi adat istiadat dan kebiasaan unik serta pemandangan alamnya, Desa Pejeng tak kalah dibandingkan desa wisata lainnya. Kondisi inilah yang membuat Pemkab Gianyar menggelar kegiatan bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”, Rabu (8/10) lalu. 
Memang dari segi kawasan, Desa Pejeng berada diantara dua sungai, yakni sungai Pakerisan dan sungai Petanu yang berlokasi di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Desa ini dikenal dengan sejumlah Pura dan situs purbakalanya. Salah satu tradisi unik yang dimiliki Desa Pejeng adalah ritual “Siat Sampian” yang bermakna solidaritas dan semangat “gotong royong” serta kebersamaan. Tradisi ini dilaksanakan setiap piodalan di Pura Penataran Sasih. 
Di Desa Pejeng juga ada sebuah istana yang bernama Puri Agung Soma Negara Pejeng. Istana ini sebagai bukti Kerajaan Bali juga berkembang di Pejeng. Puri Agung Soma Negara Pejeng merupakan salah satu kerajaan tertua di Bali. Puri ini ditemukan pada abad ke-10 sebelum aliran Budha tersebar di Bali dan berpusat di Bedulu. Anggota kerajaan Soma Negara ini dahulu sempat diasingkan ke Nusa Penida selama beratus-ratus tahun sehingga  Puri Pejeng terbengkalai. Namun seni dan budaya tidak pernah luntur bahkan seni tari yang menjadi akar budaya Pejeng menyelamatkan keberadaan kerajaan ini. 
Terbukti, pada tahun 1817, Puri Pejeng hidup kembali setelah menampilkan salah satu kesenian sakralnya. Hal ini membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi tiang peradaban yang kaya dan beragam. Dengan potensi yang luar biasa itu masyarakat Desa Pejeng menghasilkan berbagai macam kebudayaan adiluhung yang menarik untuk digali dan dikembangkan menjadi sebuah mahakarya seni. Untuk itulah, digelar sebuah karya yang bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance” .
Dalam pertunjukkan tersebut, ditampilkan sejumlah kesenian klasik seperti Mawirama, Wayang Kulit, Wayang Wong (Wayang Orang) dan Kecak yang mengambil lakon  “Kumbakarna Gugur”. Pertunjukkan ini bertujuan menghidupkan kembali warisan budaya Desa Pejeng dan untuk menarik wisatawan datang ke Pejeng sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Gianyar.
Bupati Gianyar Agung Bharata yang mendukung penuh kegiatan ini menegaskan, negara yang besar menghargai alam, sejarah dan budayanya. Budaya itu sendiri dikembangkan dan dibentuk oleh nilai-nilai dari anggota masyarakatnya. Bali dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat Bali. “Pemahaman dan pengetahuan mendasar tentang sejarah membuat kita melestarikan dan bahkan mengembangkan warisannya terutama dalam seni dan budaya. Desa pejeng sebagai bagian dari Kabupaten Gianyar, juga akan terus dilestarikan dan dikembangkan keberadaannya terutama kebudayaannya,” tegasnya. 
Perbekel Desa Pejeng, Cok Agung Kusumayudha sangat menyambut positif kegiatan ini. Menurutnya, saat ini pihaknya memang sedang berupaya membangkitkan potensi wisata di Desa Pejeng. “Dengan adanya kegiatan seperti ini, kami sangat berharap potensi wisata Desa Pejeng bisa dibangkitkan dan nantinya mampu mensejahterkan masyarakat,” harapnya. (dey/wb)

Selasa, 30 September 2014

Sejumlah Pemuda Pejeng Dididik Jadi Wartawan Desa

* Kelas Jurnalisme Warga

Banyak potensi desa Pejeng yang layak dipromosikan lewat media massa.
Pejeng, Era keterbukaan informasi sudah merambah hingga ke pelosok-pelosok desa. Hal tersebut tampaknya disadari benar oleh Kepala Desa Pejeng, Cokorda Gede Agung Kusuma Yudha. Mengantisipasi hal tersebut, Minggu (28/9) lalu, digelar pelatihan yang bertajuk “Kelas Jurnalisme Warga” di Pekarangan, sebelah barat Pura Kebo Edan, Pejeng.  
Pelatihan ini diikuti sejumlah pemuda dan pemudi yang punya hobi menulis dan tertarik pada dunia jurnalistik dan photography. Mereka itu di antaranya ada yang berasal dari Banjar Pande, Banjar Puseh dan Banjar Intaran.  Namun karena ada peserta yang pada saat bersamaan sibuk upacara adat, maka hanya beberapa peserta bisa mengikuti kegiatan “Kelas Jurnalisme Warga” ini hingga tuntas.
Sebenarnya, masih banyak warga khususnya kalangan anak-anak muda yang berminat mengikuti pelatihan gratis ini. Namun karena ada kendala berbagai hal --seperti ada yang masih mengikuti program KKN di luar daerah, ada yang sibuk kuliah dan menyusun skripsi, upacara adat, dan sebagainya-- maka kegiatan ini hanya diikuti beberapa orang saja. Meski begitu, “Kelas Jurnalisme Warga” ini tetap berlangsung lancar, hingga usai sekitar pukul.17.30 wita.
Kegiatan yang merupakan kerja sama antara Sloka Institute dan LITE Institute dipandu langsung seorang jurnalis, Luh De Suryani dan Intan. Mereka jauh-jauh datang dari Denpasar untuk memandu calon-calon wartawan muda menjadi penulis yang andal.
Kegiatan ini dikemas secara santai dan penuh keakraban. Diawali dengan perkenalan seluruh peserta. Setelah itu dilanjutkan dengan pembekalan teori seputar dunia jurnalistik warga. Pada kesempatan itu juga dijelaskan apa itu jurnalisme warga, bagaimana menulis yang baik dan benar dari sudut pandang warga sendiri, dan sebagainya.
Setelah dirasa cukup, kegiatan dilanjutkan dengan peliputan ke lapangan. ADa yang memilih jalan-jalan ke lokasi situs Candi Kelebutan, ada yang lokasi kinciri air di Tukad Bubung, Tugu Pahlawan Sapta Dharma, ada pula yang jalan-jalan di persawahan sebelah barat Pura Kebo Edan.
Dari hasil peliputan tersebut seluruh peserta ditugaskan menulis apa yang didapatnya ke dalam sebuah berita, sesuai sudut pandang masing-masing. Tulisan tersebut kemudian dibahas bersama-sama mengenai kekurangan dan kelebihan dari berita yang disusun tersebut.
“Ternyata semua peserta punya potensi menjadi penulis,” puji Luh De Suryani, di sela-sela berlangsungnya pelatihan. Walaupun diakuinya, masih banyak yang perlu dibenahi.
Hal senada dikatakan Intan. Menurutnya, dasar untuk menjadi penulis sudah ada pada diri masing-masing peserta, sekarang tinggal bagaimana mengasah kemampuan tersebut.

Menurut Luh De, dari jurnalisme warga kita bisa berbagi cerita mengenai pengalaman sendiri lewat tulisan. Luh De sendiri berharap agar dari Kelas Jurnalisme Warga ini nantinya akan lahir penulis-penulis berbakat. Terlebih Desa Pejeng sebentar lagi akan punya website. Pejeng. Desa.or.id. (dey)

Caru Balik Sumpah Gering Digelar di SMPN 3 Tampaksiring

* Puluhan Siswa Kembali Kesurupan 

Pejeng, Pihak SMPN 3 Tampaksiring menggelar upacara caru balik sumpah, Selasa (23/9), serangkaian kesurupan siswa yang terjadi beruntun di SMPN3 Tampaksiring. 

Saat upacara yang dipuput Jero Mangku Pura Dalem Tengaling ini berlangsung, puluhan siswi kembali kesurupan.

Hal tersebut tentu saja membuat suasana sore di sekolah yang dekat setra adat Jro Kuta Pejeng itu kembali mencekam.

Satu persatu siswi tiba-tiba menangis, lalu ambruk dipangkaun teman-temannya. Suasana di sekitar lokasi upacara pun mencekam. Mereka yang kesurupan langsung dievakuasi ke ruang guru dan ruang UKS. 
Salah seorang siswi terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami sesak nafas pasca kesurupan. 
Kepala SMP  3 Tampaksiring, A.A Gede Surya Atmaja  mengatakan, caru balik sumpah gering ini dilakukan atas petunjuk Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng. Ritual ini sebagai salah satu upaya dari pihak sekolah menangkal kasus kesurupan yang kerap dialami siswa di sekolah ini sejak sebulan terakhir. 
“Dengan digelarnya upacara ini, mudah-mudahan kasus kesurupan tidak terjadi lagi,” harapnya. (dey)

Siswa Kesurupan, Suasana di SMP 3 Tampaksiring Mencekam

Pejeng, Kasus kesurupan siswa belakangan ini ibarat “penyakit menular”. Setelah muncul di satu sekolah, lalu merambah ke sekolah-sekolah lainnya. Betapa tidak, kasus kesurupan ini jauh-jauh sebelumnya sudah terjadi di sejumlah sekolah di Bali. Bahkan beberapa sekolah di tanah Jawa pun kabarnya ada siswanya yang mengalami kesurupan. Dan kini giliran siswa SMPN 3 Tampaksiring, yang mengalaminya.

Sebanyak lima orang siswi sekolah setempat, Rabu (10/9) lalu tiba-tiba saja menangis histeris, lemas, lalu ambruk. Beberapa di antaranya lalu komat-kamit sambil ngoceh, entah siapa yang diajaknya bicara. Melihat hal itu, kontan saja siswa-siswa di sekolah yang berada di sebelah barat Pura Dalem Tengaling, Pejeng itu, mendadak heboh.

Para guru yang bertugas pada saat itu juga sibuk menangani siswi yang kesurupan itu. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, siswa setempat pun dipulangkan lebih awal. Bahkan, siswa kelas VII yang masuk sore pun akhirnya diliburkan. 

Menurut informasi, kasus kesurupan ini sebenarnya sudah terjadi beberapa hari sebelumnya. Namun puncaknya terjadi sekitar pukul 09.30 wita, Rabu (10/9). Dimana, ada sebanyak lima orang siswi kesurupan. Dua di antaranya yakni Ni Komang Feby Aprilia siswi kelas VIII dan A.A Istri Indira Dewi siswi kelas IX, mengalami kesurupan paling lama. 

Menurut Wakasek Kesiswaaan SMPN3 Tampaksiring, Ketut Suena, tercatat ada sekitar 15 siswi yang kesurupan.Atas kejadian itu, pihaknya sudah memohon petunjuk kepada Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur, Pejeng. Bahkan, Ida Pedanda Wayan Bun langsung datang untuk mengecek kondisi sekolah setempat. Dari hasil pengecekan itu, diketahui ada gangguan “niskala” dari luar. Pada saat itu, Ida Pedanda langsung memercikkan tirtha dan melakukan ritual di halaman sekolah. 


Sementara itu, pasca kesurupan, Kamis (11/9), suasana belajar mengajar di SMP 3 Tampaksiring berangsur normal. (dey)

Minggu, 31 Agustus 2014

Air Bersih Mulai “Ngecor” di Rumah Warga

PEJENG, Desa Pejeng kini terus menggeliat. Gebrakan demi gebrakan yang dilakukan Kepala Desa Pejeng Cokorda Gede Agung Kusuma Yudha, mulai terlihat hasilnya. Salah satunya yang kini sedang berlangsung adalah proyek pengadaan air bersih. 

Kini air bersih sudah “ngecor” di rumah-rumah warga.  Proyek air bersih ini tentu menjadi jawaban atas keluhan warga yang sejak lama menanti  ada pasokan air bersih, untuk mengatasi krisis air bersih pada saat musim kemarau tiba.

Seperti diketahui, air PDAM memang sejak lama sudah mengalir di Pejeng, namun belum mampu maksimal memenuhi kebutuhan warga akan air bersih. Pasalnya, aliran air PDAM ini kerap kali seret, atau bahkan tidak mengalir sama sekali dan berhari-hari. Hal itu biasanya terjadi saat musim kemarau tiba. Jika sekarang ada air bersih yang dirintis oleh desa, tentu akan dapat membantu warga yang sewaktu-waktu kekurang pasokan air dari PDAM.

Lihat saja jalan-jalan di sekitar Desa Pejeng dalam beberapa minggu belakangan ini, banyak yang digali untuk pemasangan pipa air. Air tersebut dialirkan dari sumber air di Tukad Bubung, sekitar 250 meter dari Pura Dalem Tengaling, Pejeng. Pada awalnya, pengadaan proyek air bersih ini sebelumnya juga melibatkan aparat TNI.

Sejumlah warga masyarakat mengaku senang, lantaran saat ini air sudah bisa mengalirhingga ke rumahnya. “Syukurlah, kini air bisa mengalir sampai di rumah saya. Jadi tidak perlu susah-susah jalan kaki ke sungai hanya untuk mandi,” ujar De’Aji  Manik.

Hal senada disampaikan sejumlah warga lainnya. Warga memuji terobosan yang dilakukan Perbekel Cok. Agung yang sangat pro rakyat. “Pengadaan air bersih ini merupakan salah satu bukti, bahwa Pak Cokorda Perbekel sangat peduli dan mendengar apa yang dibutuhkan warga selama ini,” ujar sejumlah warga dalam perbincangan ringan di sebuah warung di pasar sengol alun-alun.


Kini air bersih sudah mengalir.  Saatnya sekarang warga bersama-sama turut menjaga kelangsungan dari air bersih ini. Atau dengan kata lain, selalu menjaga kelestarian lingkungan Desa Pejeng dan yang tak kalah pentingnya, ingat bayar rekeningnya setiap bulan…! (dey)

Belasan Barong Pentas di Perguruan Santi Yoga Pejeng

PEJENG, Pentas tari  bapang barong memang sudah biasa di kalangan masyarakat Hindu di Bali. Namun jika pentas barong ini di langsungkan di satu tempat dan diikuti belasan sekeha barong, tentu ini ini merupakan hal yang luar biasa. Jarang ada pentas bapang barong yang melibatkan lebih dari satu sekeha barong. Yang dipentaskan di  Perguruan SMP Santiyoga Pejeng beberapa waktu lalu, mungkin  salah satunya.

Pentas kesenian barong yang dikemas dalam acara bertajuk “Parade Barong Se-Bali” itu digelar serangkaian memeriahkan hari ulang tahun emas (50 th.) Perguruan SMP Santiyoga Pejeng, yang jatuh pada 16 Agustus 2014 lalu. Acara yang menjadi puncak berbagai kegiatan yang digelar SMP swasta tertua di Pejeng ini sukses menyedot perhatian krama desa Pejeng. Mulai dari anak-anak hingga orang tua tampak berjubel memadati  arena pentas yang dibuat dengan latar belakang candi bentar sekolah setempat. Jalan di depan sekolah ditutup sementara. Arus lalu lintas dari arah Pasar Pejeng kemudian dialihkan ke arah selatan menuju Br. Pande atau ke arah utara menuju ke Banjar Puseh.

Pementasan barong ini mendapat perhatian serius dari sejumlah pejabat terkait di Kabupaten Gianyar, pihak kecamatan hingga tokoh-tokoh warga masyarakat setempat. Bahkan para pejabat tersebut tampak antusias menonton pementasan demi pementasan barong duta dari sejumlah kabupaten di Bali. Di antaranya ada duta Kabupaten Bangli, Denpasar, Klungkung, Buleleng, Badung, Kota Denpasar dan duta dari Kabupaten Gianyar sendiri.

Ratusan penonton yang yang menyaksikan pementasan barong tersebut tampak berdecak kagum dan sesekali memberi aplaus meriah. Terutama ketika melihat aksi “tukang bapang” yang begitu lincah menarikan barong yang diusungnya. Pementasan barong secara gratis ini juga sempat menarik perhatian wisatawan mancanegara yang kebetulan jalan-jaloan di Desa Pejeng.

Kepala SMP Santiyoga Pejeng A.A Sweta mengatakan, berbagai kegiatan digelar serangkaian memeriahkan HUT-50 SMP Santiyoga Pejeng. Mulai dari berbagai lomba di internal sekolah, Parade Barong se-Bali hingga tabur bunga ke Tugu Pahlawan Sapta Dharma Pejeng. 

“Saya mengucapkan puji dan syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi, karena seluruh acara berjalan lancar,” ucapnya.

Disinggung soal parade barong ini, Agung Sweta mengatakan, kegiatan  ini untuk memperkenalkan tarian barong di kalangan siswa, sehingga mereka punya rasa cinta dan ketertarikan dalam upaya pelestarian warisan budaya leluhur yang adi luhung ini. (dey)


Kamis, 31 Juli 2014

Pohon Ancak di Jaba Pura Dalem Tengaling Tumbang

PEJENG- Hujan lebat yang mengguyur Pejeng, sejak pagi hari, Senin (14/7) menyebabkan  Pohon Ancak berukuran cukup besar tumbang. Syukurnya, peristiwa tumbangnya pohon tua yang disucikan warga tersebut tidak sampai menelan korban jiwa maupun materi. Pasalnya, pohon tersebut tumbang ke arah areal yang cukup lapang,  tepatnya di jaba Pura Dalem Tengaling, Pejeng.

Peristiwa pohon tumbang tersebut terjadi sekitar puikul 07.50 wita. Saat itu hujan yang mengguyur Pejeng cukup deras. Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh, yang ternyata pohon ancak di Jaba Pura Dalem Tengaling roboh. Mendengar ada pohon tumbang, salah seorang warga kemudian menghubungi pihak Badan Penanggualangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gianyar.

Tak lama berselang, petugas dari BPBD pun tiba di lokasi, untuk melakukan evakuasi. Namun upaya tersebut sempat tertunda, karena petugas masih harus menunggu Pemangku Pura Dalem Tengaling, untuk melaksanakan upacara ngeluhuran, karena pohon tersebut selama ini disucikan warga setempat. Setelah prosesi upacara  ngeluhuran dilaksanakan, petugas BPBD pun melaksanakan tugasnya, memotong batang pohon yang melintang di jaba Pura, menggunakan gerjagi mesin.

Sejumlah warga yang ditemui di lokasi mengaku kaget ketika mendengar ada suara gemuruh saat hujan lebat. “Saya kaget mendengar  suara bergemuruh, eh…  ternyata pohon ancak ini yang tumbang,” ujar sejumlah siswa SMPN 3 Tampaksiring yang sekolahnya berada di sebelah barat Pura Dalem Tengaling.
Para siswa itu mengaku bersyukur, karena tidak ada korban dalam muisbah ini. Menurut mereka, biasanya teman-temannya memarkir sepeda motornya di di areal ini. “Tumben, saat kejadian ini tidak ada yang parkir di sana,” ujarnya.

Hal senada disampaikan sejumlah warga lainnya. “Ini sudah merupakan swecan Widhi, pohon ini tumbang ke arah yang aman. Padahal di utaranya ada candi bentar dan tembok penyengker Pura Dalem Tengaling, sementara di sebelah timur ada rumah warga, di arah selatan ada Pura Prajapati, itu semuanya selamat. Ini sungguh paswaecan Widhi,’’ ucapnya.

Pantauan di lokasi, pohon ancak ini tumbang diduga karena akarnya lapuk, sehingga tumbang saat diterpa angin kencang dan hujan lebat.(dey) 

Jalan Santai Dulu, Kemudian Pesta Bubur

PEJENG – Ada yang menarik dalam Porsenides Pejeng 2014 tahun ini. Selain dilombakan berbagai cabang olah raga dan seni, juga dilangsungkan kegiatan jalan santai, Minggu (29/6). Kegiatan yang diikuti ribuan warga Pejeng ini menempuh rute kurang lebih 8 km ini mengambil start di Lapangan Umum Sapta Dharma Pejeng. 

Seluruh peserta kemudian bersama-sama berangkat menuju Br. Pande ke timur, Br. Intaran ke selatan menuju jaba Samuan Tiga, Bedulu. Selanjutnya menuju Br. Taman Bedulu, terus ke timur menuju Petemon Desa Pejeng Kelod sampai di Desa Kelusu ke barat menuju Br. Panglan dan kembali ke Lapangan Desa Pejeng.

Bukan hanya kalangan dewasa, peserta anak-anak hingga balita pun turut ambil bagian dalam kegiatan ini. Para peserta tampak antusian mengikuti kegiatan ini, karena selain untuk olahraga juga untuk merekatkan tali kekerabatan dan persahabatan antar warga. Pasalnya, banyak di antara peserta ini jauh-jauh datang dari kota hanya untuk bisa berkumpul bersama warga lainnya di kampong halaman.

Setelah menumpuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya peserta tiba di finish, di lapangan Sapta Dharma Pejeng. Yang menarik, begitu tiba di garis finish,  para peserta langsung diarahkan menuju lapangan untuk menikmati kuliner khas pejeng, bubuh.
Di dalam lapangan ada 11 pedagang bubur yang siap melayani warga peserta jalan santai. Hebatnya, warga bisa bebas memilih pedagang bubur. Bebas menikmati bubur yang  disajikan secara gratis. Maka tak heran, begitu tiba di lapangan, seluruh pedagang bubur diserbu warga, semuanya lais maseluk.

Dengan berpakaian adat Bali, para pedagang ini dengan penuh kesabaran melayani setiap pengunjung yang ingin mencicipi satu porsi Bubur Bali. Tak sampai satu jam, hidangan bubur khas Pejeng ini sudah ludes diserbu pengunjung.    

Ide kreatif yang datang dari Perbekel Desa Pejeng Cokorda Agung Kusuma Yudha ini diharapkan mampu memperkenalkan kuliner khas Pejeng serta mengangkat kesejahteraan hidup para pelaku usaha kecil ini.  “Kami ingin dengan festival ini mencoba untuk memperkenalkan kuliner khas Pejeng," ujarnya.

Cok Agung menambahkan, untuk kegiatan festival ini, sebanyak 11 pedagang bubur se Desa Pejeng diberikan dana masing-masing Rp 500 ribu dengan menyediakan masing-masing sebanyak 100 porsi bubur. “Kami memberikan dana cuma-Cuma, masing-masing Rp 500 ribu dan seluruh masyarakat bisa menikmati bubur secara gratis,” imbuhnya.

Selain untuk mempromosikan kuliner khas Pejeng, kegiatan festival tersebut juga sebagai ajang pengenalan kepada masyarakat, khususnya para generasi muda untuk mencintai kuliner tradisional yang ada di Pejeng.

Ke depannya, Desa Pejeng berencana membuat sebuah pusat kuliner bubur khas Pejeng dalan satu lokasi. Dengan demikian, warga yang ingin menikmati bubur khas Pejeng bisa langsung menuju lokasi tersebut. “Areal untuk pusat kuliner bubur itu sudah ada. Jika semuanya sudah terpusat, kami harapkan bisa mematok harga yang layak dan kehidupan pedagang bubur pun bisa terangkat,” harapnya. 

Salah seorang pedagang bubur, Anak Agung Oka Bayu mengaku senang dengan kegiatan festival bubur ini. “Mudah-mudahan tahun depan bisa digelar lagi,” ujarnya. Hal senada disampaikan pedagang bubur lainnya. “Lumayan untuk promosi. Jika ada warga yang sebelumnya tidak tahu tentang bubur kami, sekarang bisa mengenalnya langsung. Jika  warga nantinya ingin beli bubur, bisa langsung membeli bubur kami di dalam Pasar Pejeng,” ujar pedagang lainnya. (dey)


Ratusan Atlet dan Seniman Meriahkan Porsenides Pejeng 2014

* Kontingen Banjar Puseh Kembali Juara Umum

PEJENG, Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Desa Pejeng kembali digelar. Even tahunan ini dibuka Perbekel Cokorda Agung, Sabtu (21/6) di lapangan Umum Sapta Dharma, Pejeng. Upacara pembukaan Porsenides tahun ini dihadiri para tokoh, prajuru desa, atlet serta seniman yang akan berlaga.  

Ribuan warga tampak antusias menyaksikan upacara pembukaan Porsenides ini. Diawali dengan defile masing-masing kontingen  serta senam aerobic massal, serta atraksi seni Pencaksilat Bakti Negara Banjar Pande,
Berbeda dengan tahun lalu, Porsenides kali ini hanya diikuti kontingen dari Banjar Intaran, Banjar Puseh, Banjar Guliang, Banjar Pande dan Banjar Panglan. Sementara kontingen dari Banjar Pedapdapan absen,  lantaran terbentur kesibukan upacara adat di wilayah pakraman setempat.

Ada pun cabang olahraga  yang dipertandingkan di antaranya, bola voli umum putra, bola basket putra-puri tingkat SMP dan umum, sepak bola anak-anak, catur, tenis meja, serta bola kasti PKK. Sedangkan untuk cabang seni di antaranya, tari rejang, baris gede, membuat klakat, serta sengkui.

Perbekel Desa Pejeng Cokorda Agung Kusuma Yudha dalam sambutannya mengatakan, Porsenides ini merupakan ajang pembinaan prestasi sekaligus penyaluran bakat warga masyarakat, utamanya para generasi muda. Melalui ajang Porsenides ini pula diharapkan akan lahir nantinya atlet-atlet muda berprestasi, yang mampu membawa nama baik desa di tingkat kabupaten, provinsi bahkan hingga di tingkat nasional maupun internasional. “Saya yakin suatu saat nanti akan lahir atlet-atlet muda berbakat asal Pejeng yang berprestasi di tingkat Kabupaten hingga nasional,”ujarnya.

Dikatakan, saat ini sudah ada empat orang atlet Pejeng yang dipercaya mewakili Kabupaten Gianyar di tingkat Propinsi Bali. Hal itu diharapkan akanmembuka jalan bagi atlet-atlet lainnya untuk terus berprestasi. Cokorda Agung mencontohkan, pesepakbola nasional U-19 asal Batubulan  I Putu Gede Juniantara yang mengharumkan nama Bali di kancah nasional hingga intersional. “Saya harapkan nanti akan muncul Putu Gede – Putu Gede lainnya dari ajang Porsenides Pejeng ini,” katanya.

Puseh Juara Umum
Setelah melalui perjuangan yang cukup berat dari berbagai cabang olah raga dan seni yang diperlombakan, akhirnya kontingen Banjar Puseh sukses mendulang medali terbanyak. Dengan perolehan prestasi ini pula, Banjar Puseh kembali dinobatkan sebagai juara umum Porsenides 2014 dan mendapat piala bergilir dari Perbekel Desa Pejeng. Prestasi ini merupakan kali keduanya di ajang yang sama, karena tahun sebelumnya Banjar Puseh juga mendapat gelar juara umum.


Perbekel Desa Pejeng Cokorda Agung pada penutupan Porsenides 2014 menyatakan puas dan bangga, lantaran event tahunan ini berjalan sukses dan lancar. “Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak utamanya para atlet, maupun seniman serta seluruh masyarakat yang selama Porsenides ini berlangsung sangat mensuport kegiatan ini,” ucapnya seraya berharap kegiatan serupa di tahun-tahun mendatang bisa lebih bagus lagi. (dey)

Selasa, 24 Juni 2014

PKK dan STT Se-Desa Pejeng Adu Wawasan di BANJAR BALI QUIZ

Kontingen PKK Desa Pejeng, berpose bersama sebelum mengikuti BBQ.
PEJENG, Suasana di wantilan Pura Penataran Sasih Pejeng, Minggu (4/4) pagi, tidak seperti biasanya. Ibu-ibu PKK serta remaja putra-putri bersolek bak artis dadakan. 
Sementara jalan di sepanjang jaba Pura Penataran Sasih dipadati sepeda motor dan mobil yang parkir rapi di kiri-kanan jalan. Di antaranya tampak pula mobil minibus berlogo BALI TV turut parkir di sana. Ada apa gerangan?

Ternyata pagi itu ibu-ibu PKK serta anggota sekeha Truna-Truni se-Desa Pakraman Jro Kuta Pejeng bersiap-siap mengikuti Banjar Bali Quiz (BBQ) produksi BALI TV. Sejumlah crew Bali TV sibuk menata segala perlengkapan untuk keperluan shooting BBQ. Sementara ratusan warga berbondong-bondong menuju wantilan megah itu untuk memberi support kepada masing-masing kontingennya, yakni dari Banjar Puseh, Banjar Intaran, Banjar Guliang, Banjar Pande serta Ibu-Ibu PKK Desa Pejeng.

Setelah semuanya lengkap dan siap berlomba, shooting BBQ pun dimulai. Acara ini dipandu langsung presenter I Made Sukadana Karang. Selain disaksikan ratusan krama, hadir dalam acara ini sejumlah tokoh Desa Pejeng di antaranya Bendesa Cokorda Rai Pemayun berserta Ny. Cokorda Istri Mas Minggu Wathini, Prajuru Desa Pejeng, Seniman tabuh I Made Suwe, asal Banjar Intaran Pejeng, serta Kelihan Banjar se-Jro Kuta Pejeng.

Acara ini semakin seru, karena pihak Bali TV menghadirkan artis pop Bali Gek Diah yang membawakan tembang-tembang Bali yang sudah tidak asing di telinga masyarakat, serta diselingi humor-humor segarnya.  Acara ini dibagai menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok sekeha teruna yang mempertemukan STT Yowana Dipa Daksina Banjar Intaran, STT Yowana Wira Laksana Banjar Pande, serta STT Yowana Budi Mudhita Banjar Guliang. Kedua, mempertemukan kelompok PKK Banjar Pande, PKK Desa Pejeng, serta PKK Banjar Intaran. Sedangkan kelompok ketiga mempertemukan PKK Banjar Puseh, PKK Guliang serta STT Yowana Kertha Yoga, Banjar Puseh.

Yang menarik, masing-masing peserta tampak unjuk kebolehan dalam menyampaikan yel-yel. Ada yang menari, menyanyi ala vocal grup hingga mejangeran dengan iringan music sederhana. Setiap aksi peserta pun mendapat sambutan meriah dari para penonton.


Bendesa Pakraman Pejeng Cok. Rai Pemayun menyambut positif acara BBQ yang digelar Bali TV ini. Menurutnya, kegiatan ini menguji wawasan serta kemampuan seluruh peserta. Hal ini akan memberi dampak positif bagi seluruh masyarakat untuk terus  membekali diri dengan berbagai kemampuan dan wawasan menghadapi kemajuan zaman, demi pembangunan desa. “Kegiatan ini sangat positif,” pungkasnya. (dey)

Kamis, 29 Mei 2014

Warga Mengeluh, Air PDAM ke Pejeng Macet

PEJENG – Distribusi air PDAM ke Desa Pejeng macet sudah dua pekan lebih, alias tidak mendapat air sama sekali. Kalau pun ada aliran air, itu pun sangat-sangat kecil.Hal tersebut tentu saja membuat warga geram. Bahkan sejumlah warga mengancam akan melakukan demo ke kantor PDAM di Tampaksiring.

Warga sangat menyayangkan pelayanan PDAM yang terkesan tutup telinga atas masalah ini. Padahal sejumlah warga sudah berusaha menghubungi pihak PDAM agar masalah ini segera teratasi, namun tidak mendapat pelayanan yang memuaskan dan terkesan petugasnya kurang sigap. Petugas baru turun ke lapangan –lokasi yang air PDAM nya macet-- setelah beberapa sebelumnya hari mendapat laporan.

Walau pun ada petugas yang turun mengecek rumah-rumah penduduk yang air PDAM-nya macet, namun tidak bisa berbuat banyak. Buktinya, air sampai saat ini menjelang penampahan Kuningan masih saja seret.

Setelah petinggi PDAM Gianyar mendapat keluhan dari salah seorang warga dan langsung mengcek kondisi di lapangan, memang ada inisiatif dengan mengirim mobil tangki air, keesokan harinya. Namun distribusi air bersih melalui mobil tangki itu hanya sekali itu saja. Buktinya, sampai sekarang masyarakat masih kesulitan mendapat air bersih untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK).
Untuk mengatasi krisis air bersih ini, warga terpaksa melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK) di sungai terdekat.

Menurut informasi, seretnya air PDAM ini dikarenakan ada gangguan mesin di Belusung, sehingga pengaliran air terpaksa harus dijatah secara bergiliran. Namun nyatanya, hingga kini aliran air PDAM masih saja macet, seret, dan
“kecrat-kecrit”. Kalaupun sempat mengalir, pas tengah malam sekitar pukul 01.00 Wita. Itupun aliran airnya hanya menetes.
Sementara itu, Dirut PDAM Gianyar Made Sastra Kencana seperti dilansir sejumlah media massa, mengakui adanya gangguan pelayanan PDAM itu. Menurutnya, sumber air untuk ke Pejeng memang mengalami penurunan debit air sebesar 3 liter /detik. Namun, pihaknya tetap berupaya untuk memberikan pelayanan kepada konsumen. “Kami minta maaf atas gangguan ini. Saat ini kami tengah melakukan pembenahan, terlebih debit air di sumbernya memang mengalami penurunan,” ujarnya. 

Sementara, salah seroang petugas PDAM yang melakukan pemantauan dan pengecekan Minggu (25/5) mengatakan, gangguan pelayanan ini akibat kecilnya pipa yang menyalurkan air ke rumah-rumah warga. Dikatakan, pipa yang digunakan saat ini masih pipa yang lama dan berukuran kecil, sehingga tidak maksimal untuk melayani konsumen yang ada.

Untuk sementara, pihaknya terpaksa melakukan pergiliran. Saat ini pihak PDAM akan segera melakukan pergantian pipa dengan ukuran yang lebih besar. “Kami harapkan dalam waktu dekat, pergantian pipa bisa dilakukan dan pelayanan air ke konsumen bisa maksimal,” pungkasnya. (dey)     

Akhirnya, Pejeng Punya Wakil Rakyat di DPRD Gianyar

PEJENG, Setelah sekian lama lowong pasca IB Swastika purnatugas, kini Pejeng kembali memiliki seorang wakil rakyat yang akan duduk di DPRD Gianyar masa bhakti 2014-2019. Hal itu menyusul ditetapkannya salah seorang caleg Partai Gerindra asal Puri Pejeng Cokorda Gde Putra Pemayun oleh KPU Gianyar dalam rapat pleno penetapan caleg terpilih DPRD Gianyar th. 2014-2019, beberapa waktu lalu.

Terpilihnya Cok Putra Pemayun sebagai wakil rakyat di DPRD Gianyar, tentu saja mengobati kerinduan krama Pejeng yang sejak lama merindukan ada anggota Dewan asal Pejeng duduk di gedung DPRD GIanyar. Harapan warga masyarakat Pejeng tersebut memang cukup beralasan. 
Pertama, untuk memudahkan akses warga masyarakat terkait pembangunan desa. 

Kedua, Pejeng yang merupakan desa tua, dan kaya potensi alam serta SDM nya yang handal, memang sudah sepantasnya ada yang menyuarakan segala aspirasi masyarakat secara langsung di gedung Dewan. 

Ketiga, ada semacam kebanggaan warga masyarakat jika ada putra desanya duduk di DPRD. Atau dengan kata lain, nama desa (Pejeng) turut terangkat dengan adanya wakil rakyat asal di DPRD Gianyar. Jadi, nama Pejeng diluar tidak lagi dianggap sepele. Namun mulai diperhitungkan di kancah yang lebih tinggi. Tidak seperti wacana yang berkembang selama vakum ini,  “…masak Pejeng dikalahkan desa-desa kecil dan terpencil lainnya, punya wakil rakyat di DPRD Gianyar atau bahkan di DPRD Bali…!???!”

Syukurlah kritikan semacam itu kini terjawab sudah, dengan terpilihnya Cok. Gede Putra Pemayun sebagai anggota DPRD Gianyar. Kalau saja masyarakat Pejeng mau kompak, bukan hanya wakil di DPRD Gianyar, wakil di DPRD Bali pun sebenarnya bisa. Karena ada caleg wanita asal Pejeng yang turut bertarung di tingkat Provinsi Bali. Terlebih dia berada dalam satu partai dengan Cok Gede Putra Pemayun. Dia itu adalah Cokorda Istri Mas Minggu Wathini. Istri Bendesa Pakraman Jro Kuta Pejeng Cokorda Rai Pemayun ini gagal melenggang ke Renon, lantaran pengumpulan suaranya saat Pemilu Legeslatif beberapa waktu lalu jauh dari rival-rival beratnya dari Partai Gerindra  seperti, Cok. Putra Nindia maupun Tagel Arjana. Belum lagi rival dari partai lainnya yang turut ekspansi  “munuh” suara di Desa Pejeng. 

Kalau saja masyarakat Pejeng kompak, mendukung Cok Putra Pemayun untuk DPRD Gianyar dan Cok Istri Mas Minggu Wathini untuk DPRD Bali, tentu apa yang diharapkan seluruh masyarakat selama ini --memiliki wakil rakyat di Gedung Dewan, akan semakin lengkap. Dan, sudah tentu pula nama Pejeng akan makin terangkat dan kian diperhitungkan oleh desa-desa lainnya di Bali. Namun apa daya... (dey)