Selasa, 30 Desember 2014

Nangluk Merana di Tanggun Desa




PEJENG, Upacara nangluk merana rutin dilaksanakan umat Hindu di Kaupaten Gianyar, setiap tahun tepatnya saat rahina tilem keenem. Ritual nangluk meran ini dipusatkan di Pantai Lebih, Gianyar. Bagaimana dengan di Pejeng?

Seperti halnya di desa-desa lainnya di Kabupaten Gianyar, Krama Desa Pakraman Jero Kuta Pejeng juga melaksanakan nangluk merana. Hanya saja ritual ini dipusatkan di tanggun desa, yakni perbatasan desa Pejeng-Bedulu, Minggu 21 Desember 2014.

Ratusan umat tampak duduk rapi di jaba sebelah timur Pura Kebo Edan. Mereka semua dengan sabar menunggu berlangsungnya prosesi nangluk merana. Tak lama kemudian rauh Ida Betara sesuhunan Ida Ratu Mas. Begitu tiba di lokasi upacara, prosesi upacara pun dilaksanakan. Sementara Ida Pedanda Anyar Geriya Sanding, Pejeng tampak khusyuk memaput upacara.
Setelah seluruh rangkaian upacara nangluk merana usai, Ida Ratu Mas kemudian melancaran ke beberapa Pura yang ada di Pejeng diiringi seluruh krama. Setelah itu Ida Betara Ratu Mas mewali budal ke Pura Kebo Edan.

Upacara Nangluk Mrana (merana) adalah upacara yadnya yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar melindungi alam semesta raya beserta isinya dari segala wabah penyakit maupun serangan hama serta bencana.
Jadi, ritual nangluk merana ini bertujuan untuk memohon agar umat terbebas  dari wabah penyakit dan bencana, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat dan alam semesta. (dey)

Senin, 29 Desember 2014

Mepatung, Maturan, Paruman Hingga Barong Ngelawang

Perayaan Galungan dan Kuningan di Pejeng

PEJENG, Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Pejeng berlangsung aman, lancar dan cukup meriah. Suasana menyambut hari raya sudah terasa sejak beberapa hari menjelang Galungan. Kesibukan warga meningkat, sejumlah warung di pinggir-pinggir jalan berlomba menjual perlengkapan penjor, seperti gelungan, sampiyan, hingga aksesoriesnya berupa lampion, kain putih kuning, pita warna-warni dan lainnya.
Kesibukan semakin jelas terasa saat penyajan hingga penampahan Galungan. Saat penyajan, pasar terbesar di Pejeng ini tampak dipadati pedagang dan pembeli dari berbagai pelosok desa. Mereka umumnya membeli segala keperluan untuk menyambut hari raya, baik untuk banten maupun keperluan mebat. Puncak kesibukan warga terjadi saat penampahan Galungan. Mulai dini hari, warga sibuk mepatung, ada pula yang menempuh cara praktis dengan membeli daging babi di pasar terdekat. Setelah mendapat daging, dilanjutkan mebat. Usai mebat dilanjutkan dengan mamenjor (memasang penjor) di depan rumah warga masing-masing. Sementara kaum perempuannya sibuk membuat banten untuk dihaturkan ke sanggah / merajan serta Pura-Pura pada saat hari Galungan.
Pada saat Galungan tib, warga tampak lalu lalang pedek tangkil ke pura-pura yang ada di Pejeng. Seperti Pura Puseh/Desa, Pura Manik Corong, Pura Penataran Sasih, Pura Pusering Jagat, Pura Atman Surat, Pura Kebo Edan, Pura Melanting Pasar Pejeng, Pura Pucak, Pura Prajapati dan Dalem Tengaling.
Kesibukan yang nyaris sama juga terlihat saat krama menyambut hari Raya Kuningan. Bedanya, suasana saat hari raya Kuningan lebih sepi jika dibandingkan dengan saat Galungan. Itu biasa terjadi, lantaran proses persembahyangan hari raya Kuningan dibatasi hingga tengah hari, sebelum Ida Bethara, Para Dewa diiringi para Pitara mewali budal ke swarga loka.
Rutinitas selama hari raya Galungan dan Kuningan di Pejeng tetap berlangsung seperti biasa. Saat Umanis Galungan krama di masing-masing banjar menggelar paruman. Dalam paruman ini membahas berbagai persoalan banjar maupun desa adat maupun desa dinas. Baik yang sudah berjalan, ataupun sedang dan akan dilaksanakan demi pembangunan desa Pejeng.
Selain paruman, pada sore harinya Sasuhunan Ida Ratu Mas melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng diiringi seluruh warga. Beberapa hari berikutnya –masih dalam suasana Galungan dan Kuninangan—giliran Sasuhunan Ida Ratu Agung melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng.
“Yaah begitu lah rutinitas warga di Pejeng selama ini,” ujar Dewa Raka, salah seorang warga saat ditemui ngiring sasuhunan melancaran.

Yang membuat suasana agak berbeda adalah prosesi ngelawang barong bangkal. Biasanya, sekeha barong anak-anak lokal Pejeng aktif ngelawang keliling desa. Itu dilakukan hampir setiap hari, selama Galungan - Kuningan. Namun kali ini, sekeha barong yang ngelawang justru dari luar Pejeng. Tak ada pilihan lain, warga pun ramai-ramai ngupah, sambil nonton barong bangkal ngelawang dan sesekali berteriak ciiiiiiittt… tah..! Terlepas dari semua itu suasana hari raya kali ini di Desa Pejeng tetap meriah. (dey)