Rabu, 09 April 2014

Ketika Pejeng Jadi Incaran Caleg Luar

PEJENG,Hajatan pesta demokrasi lima tahunan (Pemilu Legistlatif ), selalu dinanti-nanti para politisi untuk merebut kursi di DPRD Kabupaten, Propvinsi Maupun kursi DPR-RI serta DPD. 

Nah, untuk bisa duduk di kursi wakil rakyat terhormat itu bukan perkara mudah. Bukan hanya butuh banyak trik maupun strategi, namun juga perlu punya modal cukup  agar massa pemilih mau menjatuhkan pilihannya kepada setiap politisi. 

Tanpa trik, strategi politik yang matang, serta modal yang cukup, dambaan seseorang untuk bisa merebut kursi legeslatif tampaknya akan jauh, kecuali dewi fortuna berpihak alias ada swecan widhi. Hal itu lah yang terjadi dalam setiap hajatan Pemilu pasca reformasi ini.
Banyak orang bilang, semua calon legislative (caleg) yang bertarung di Pemilu ini punya peluang yang sama untuk bisa lolos ke kursi Dewan. Bukan berarti caleg dari partai besar saja yang bisa lolos, namun caleg dari partai gurem pun ada kans untuk melenggang ke kursi dewan. Masalahnya sekarang, semua kembali ke trik, strategi, dewi fortuna maupun swecan widhi. Hal itu berlaku untuk seluruh caleg peserta pemilu di seluruh Indonesia, termasuk di Pejeng sekali pun.

Sebagaimana diketahui, Desa Pejeng Punya tiga caleg yang bertarung untuk di DPRD Gianyar dan DPRD Provinsi Bali. Mereka itu adalah Cokorda Gede Putra Pemayun (Partai Gerindra untuk DPRD Gianyar) dan Cokorda Istri Mas Minggu Wathini (Caleg Partai Gerindra untuk DPRD Provinsi Bali) serta Yulia Sari Theja (Partai Nasdem). Ketiga caleg ini sejak jauh-jauh hari sebelumnya sudah melancarkan “jurus-jurus jitu” untuk menarik simpati masyarakat.

Untuk bisa meraih suara sebanyak-banyaknnya caleg-caleg tersebut perlu kerja ekstra keras. Pasalnya, Pejeng yang masuk daerah pemilihan (dapil) Blahbatuh-Tampaksiring, termasuk dapil yang berat. Atau dengan kata lain, persaingan yang terjadi di Dapil ini sangat berat. Karena caleg yang bertarung di dapil ini ada beberapa di antaranya inkamben, yang sudah tentu memiliki massa pemilih real, yang sudah terpelihara sejak lama.

Di sisi lain, caleg dari luar desa Pejeng juga berebut peruntungan di desa pejuang ini. Tak tanggung-tanggung, mereka pun mengeluarkan “jurus-jurus yang tak kalah jitunya”, sehingga ada sejumlah warga pejeng yang tergiur untuk memberi dukungan. Mengutip kata-kata dari para tim suksesnya, “Itung-itung munuh…, satu suara pun cukup berarti di Pejeng,” ujar seorang tim sukses dalam sebuah kesempatan.

Sebagai warga Pejeng sudah sepatutnya  memberi dukungan kepada caleg asal Pejeng. Bukan malah melacurkan diri, karena uang lalu mendukung caleg dari luar. Karena bagaimana pun juga Pejeng ini desa tua, desa yang kaya dengan potensi SDM yang handal, desa yang selalu diperhitungkan di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat. Sebagai warga Pejeng, akan bangga jika ada putra-putri terbaiknya duduk di kursi dewan. Semoga! (dey)

Nyepi Sipeng, Pejeng pun Hening

PEJENG, Nyepi sipeng yang dilaksanakan seluruh umat Hindu, Senin (31/3), benar-benar membuat suasana alam di Desa Pejeng sunyi nan hening. Masyarakat menghentikan aktifitasnya seharian penuh untuk melaksanakan catur brata penyepian (amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelangenan). Tak ada deru motor, tak ada suara riuh pasar, tak ada pula sorakan bebotoh.
Yang ada hanyalah desiran angin menghempas dedaunan kering…, yang ada hanyalah kicauan burung yang asyik bercengkrama di ranting-ranting pohon serta lengkingan suara kedis engkik-engkik engkir  memecah kesunyian alam…, yang ada hanyalah gulita sepanjang malam hingga suasana benar-benar hening…, yang ada hanyalah sejumlah pecalang yang berjaga-jaga di sejumlah pempatan.
Suasana Nyepi di Pejeng kali ini memang tak jauh beda dengan Nyepi yang sudah-sudah. Sejak pagi hari warga masyarakat sudah melaksanakan catur brata penyepian sebagaimana diumumkan prajuru desa adat saat persembahyanhgan bersama serangkaian melasti ngubeng di Pura Penataran Sasih.
Kenyataan ini bisa jadi sebagai dampak positif dari sikap tegas Perbekel Desa Pejeng Tjokorda Gede Agung Pemayun saat pelaksanaan Nyepi tahun lalu. Yang mana, saat itu Tjokorda Perbekel bersama pecalang tampak membawa kamera canggih untuk memantau pelaksanaan Nyepi di wilayah desa yang dipimpinnya. Tak tanggung-tanggung Tjokorda Perbekel menjepret setiap warga yang melanggar alias keluar rumah saat nyepi sipeng berlangsung. Dari hasil jepretan kameranya tersebut, akan diketahui warga yang melanggar lalu dipanggil langsung ke kantor desa untuk di-briefing agar tidak mengulangi perbuatannya.
Langkah tersebut juga dilakukan Ida Tjokordas saat Nyepi tahun ini. Mudah-mudahan dengan langkah berani ini, pelanggaran demi pelanggaran saat Nyepi dimasa-masa yang akan datang bisa dicegah. (dey)