Minggu, 30 November 2014

Ribuan Siswa Ikut Jalan Santai Hari Guru Nasional

PEJENG, Suasana di sekitar Lapangan Sapta Dharma Pejeng, Sabtu 22 November 2014 tampak lain dari biasanya.  Sejak pagi, ribuan siswa dari berbagai sekolah  se-Kecamatan Tampaksiring tampak memadati jalan menuju lapangan. 

Saking banyaknya, beberapa di antaranya bahkan memarkir sepeda motornya di kiri-kanan jalan mulai dari depan Pos Kamling BOECOE ke arah utara menuju lapangan. Ratusan Guru juga tampak mendampingi para siswa dari kalangan SD hingga SMA dan SMK tersebut.  Ada apa gerangan?

Rupanya, pagi itu berlangsung jalan santai serangkaian Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-69 yang jatuh pada 25 November 2014. Tampak sejumlah pejabat dari kecamatan berbaur bersama ribuan murid dan guru untuk bersama-sama menempuh rute jalan santai. Mulai dari lapangan Sapta Dharma Pejeng, kemudian ke arah timur menuju Panglan, Kelusu, Gepokan, Cagaan dan finish di Lapangan Sapta Dharma Pejeng.  Setelah menempuh jarak sekitar 8 km, seluruh peserta kembali berkumpul di lapangan Sapta Dharma, sembari menunggu hasil undian peserta.

Serangkaian Hari Guru Nasional dan HUT ke-69 PGRI yang dipusatkan di Pejeng, berbagai kegiatan digelar. Sebelumnya dilangsungkan senam bersama, serta pertandingan olahraga yang melibatkan seluruh guru. Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para guru maupun siswa. Mereka penuh semangat memberi dukungan kepada  para guru yang bertanding.  

Sejumlah siswa mengaku senang mengikuti kegiatan jalan santai ini. Selain diikuti ribuan peserta, mereka juga bisa mengenal dari dekat desa-desa yang dilalui pada saat jalan santai ini.


“Jarak yang ditempuh memang jauh dan melelahkan, tapi saya senang karena dapat pengalaman baru, tahu keberadaan desa-desa yang saya lalui saat jalan santai,” ujar Dewa Ariguna, usai mengikuti jalan santai. Hal senada dikatakan siswa lainnya. Pasalnya, selain dapat pengalaman baru, mereka juga senang karena dapat hadiah undian. (dey)

Balai Banjar Puseh "Diplaspas"

Pejeng, Setelah melalui berbagai tahapan pembangunan, akhirnya Balai Banjar Puseh Pejeng rampung. Balai banjar yang berdiri megah itu pun langsung diplaspas pada Jumat 21 November 2014, bertepatan rahina Tilem Kelima. 

Upacara ini dipuput Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng. Upacara  dilaksanakan serangkaian dengan piodalan di Pelinggih Pelangkiran balai banjar setempat yang jatuh pada rahina Tumpek Uduh, Sabtu 22 November  2014.

Seluruh krama banjar Puseh jauh-jauh  hari sebelumnya telah sibuk ngayah. Mulai dari mareresik, hingga mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk upacara mlaspas serta piodalan tersebut. Sejumlah krama pun bangga apa yang diidam-idamkan sejak lama --punya balai banjar yang anyar dan refresentatif-- akhirnya terwujud.

 “Syukurlah,  akhirnya kita punya balai banjar yang cukup megah,” ujar sejumlah krama di sela-sela upacara.


Sementara itu, keesokan harinya Sabtu 22 November 2014 sore, ratusan krama mendak Ida Ratu Mas di Pura Kebo Edan, kemudian bersama-sama ngiring  ke lokasi upacara di Balai Banjar Puseh. Setibanya di Pelangkiran, Balai Banjar Puseh, prosesi upacara puncak piodalan pun dimulai, dipuput Ida Pedanda Wayahan Bun. 

Seluruh krama tampak khusyuk melakukan persembahyangan. Usai katuran piodalan, krama kembali ngiring Ida Ratu Mas mewali budal ke Pura Kebo Edan. Selama ida Betara nyejer, dipentaskan berbagai tari-tarian termasuk lawak Petruk, dkk. (dey)

Jumat, 21 November 2014

Lomba Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna

* SMPN 3 Tampaksiring Duta Kabupaten Gianyar

PEJENG,  Nama SMPN 3 Tampaksiring tampaknya sedang naik daun. Sekolah yang berlokasi di desa Pejeng ini kerap dipercaya mengikuti berbagai lomba, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi. Salah satunya yang baru saja berlangsung adalah lomba Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) Tingkat Propinsi Bali. Penilaian lomba ini dilaksanakan Jumat, 14 November 2014 lalu, di wantilan Pura Dalem Tengaling.

Dalam lomba PKTP tahun ini, Kabupaten Gianyar juga diwakili SD Negeri 4 Manukaya dan SMAN 1 Tegallalang. Ketiga sekolah ini merupakan Pelaksana Upaya Kesehatan Sekolah Kabupaten Gianyar tahun 2013. Penilaian lomba PKTP ini dipimpin langsung Wakil Ketua 1 Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Bali (Koordinator), Prof. dr. W. Suardana, SP.THT (K).

Prof. Suardana dalam sambutannya mengatakan, kanker menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan, salah satunya menyasar anak-anak sekolah untuk mengenali ancaman sekitar melalui deteksi dini kanker.
Dikatakan, PKTP mulai menyasar sekolah baik SD, SMP, SMA sejak tahun 2006, dengan harapan pengetahuan tentang perjalanan penyakit kanker secara dini dapat dimengerti dan diketahui anak-anak. Dengan demikian, perilaku dan pola hidup bersih dan sehat dapat meningkat baik di kalangan murid, pengelola kantin dan guru sekolah. 

Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) adalah program penanggulangan penyakit kanker menyeluruh yang dilaksanakan oleh semua potensi yang ada, baik pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta melalui empat aspek penanggulangan kanker yaitu pencegahan primer, deteksi dini, pengobatan, paliatif/bebas nyeri secara multi disipliner.

‘’Faktor makanan yang tidak sehat menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit kanker,” terangnya. Untuk itu kantin sekolah harus memperhatikan aspek kesehatan terutama tidak menggunakan pengawet, pemanis buatan, pewarna buatan, penyedap dan pengenyal.
Berdasarkan penelitian di Indonesia maupun di dunia membuktikan bahwa sebagian besar (80%) kanker paru disebabkan oleh kebiasaan merokok. Di Indonesia lebih kurang 76% penduduknya mulai merokok  di bawah usia 25 tahun.

 Kepala Dinas  Kesehatan Kabupaten Gianyar Ida Ayu Cahyani mengatakan, kebijakan pengendalian kanker dari pemerintah menitikberatkan pada upaya promotif-preventif yaitu peningkatan perilaku sehat usia dini seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, deteksi dini dan pengobatan kemandirian. “Begitu mengkhawatirkannya kasus kanker, maka pemerintah menyasar  sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kanker. Sehingga anak-anak menjadi waspada,” terangnya.  

Berdasarkan data di RSUD Sanjiwani Gianyar, jumlah penderita kanker payudara 52 orang, kanker rectum 17 orang, kanker nasofaring 16 orang, kanker paru-paru 15 orang dan kanker serviks 14 orang. (dey/hms)


Tanggulangi Kemiskinan

 IPEC Gelar Pertemuan di Pejeng


PEJENG, Desa Pejeng belakangan ini terus menggeliat. Pembangunan di berbagai sektor kini gencar dilaksanakan, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Cokorda Agung Kusuma Yudha Pemayun. Melihat berbagai terobosan yang dilakukan Kades Cok Agung, tidak berlebihan jika Pejeng dipilih sebagai salah satu desa di Bali yang menjadi lokasi kegiatan Indonesia Poverty dan Empowerment Conference (IPEC) 2014. IPEC ini sebelumnya dikenal dengan Temu Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

Koordinator IPEC 2014 Melly Hassan, saat diskusi di Pekarangan Merdeka Pejeng, Minggu 16 November,  mengatakan kegiatan yang digagas LSM Sinergi Indonesia  ini sudah ketiga kalinya digelar. Dalam menghimpun simpul-simpul penanggulangan kemiskinan, pihaknya membagi menjadi tiga kelompok yakni kawasan pesisir, perkotaan dan pedesaan. Khusus untuk pedesaan, pihaknya mengambil sampel di Desa Pejeng, Tampaksiring. Alasannya, Desa Pejeng di bawah Kepala Desa Cok Agung Kusuma Yudha Pemayun sedang gencar-gencarnya menjalankan program pengentaskan kemiskinan dengan kearifan lokal.
“Cok Agung selaku kepala desa merupakan seorang champion dalam membangun desanya," jelasnya. 

Diakui, dalam program pengentasan kemiskinan di Desa Pejeng,  tak bisa dilepaskan dari figur pemimpinnya yakni Cokorda Agung. Selain sebagai Kades, Cok Agung juga dikenal sebagai seorang entrepreneur yakni perintis perajin batik bebalian di desanya. Upaya ini mampu  memberikan harapan baru kepada masyarakat, khususnya kaum pemuda dan ibu rumah tangga.

“Cok Agung merupakan tokoh inspiratif yang menggerakkan semangat para pemuda dan ibu-ibu rumah tangga di Desa Pejeng untuk tetap semangat dalam menanggung beban keluarga,” tegasnya. 

Dikatakan, Cok Agung rela keluar dari pekerjaannya dan kemudian belajar membatik di Pulau Jawa. Keahliannya itu kemudian dikembangkan di desanya dengan membuka usaha canting. Para ibu rumah tangga dan pemuda setempat direkrut sebagai tenaga kerja. 
Yang menarik, dalam pertemuan itu hadir dua narasumber lainnya yakni Andre Graff, warga asal Perancis yang menjual perusahaan balon udara untuk mengentaskan kemiskinan di Sumba, NTT khususnya soal kekurangan air. Satu lagi adalah I Gede Nyoman Bayu Wirayuda yang sangat getol dengan konservasi satwanya. Baginya memelihara satwa dan lingkungan merupakan salah satu pengentasan kemiskinan.

"Pada prinsipnya kami berbuat semuanya karena hati," kata Cok  Agung. Menurutnya, berbuat untuk kepentingan warga desa adalah sebuah kewajiban dan panggilan hati. Terlebih, sebagai warga masyarakat Bali, nantinya dipastikan akan kembali pulang ke desa. “Saatnya sekarang saya kembali pulang untuk mengabdikan diri kepada masyarakat Pejeng,” pungkasnya. (dey).


Tarik Wisatawan, Gelar Pentas Seni Setiap Malam Purnama 


PEJENG - Sebagai desa pendamping kawasan wisata Ubud, Pejeng belum menikmati secara maksimal berkah dari pariwisata itu. Salah satu upaya yang kini mulai dibangkitkan adalah dengan pementasan seni yang dirangkaikan dengan gala dinner setiap bulan purnama di Jaba Puri Somanegara, Pejeng.

Pada acara yang dikemas dalam “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”, Sabtu 8 November lalu, digelar pertunjukan kesenian klasik seperti mawirama, wayang kulit, wayang wong dan tari kecak yang mengambil lakon “Kumbakarna Gugur”. Pentas seni tersebut melibatkan para seniman lokal dan siswa-siswi SMP Santi Yoga Pejeng.
Dalam acara itu, puluhan wisatawan mancanegara tampak enjoy menonton sembari dinner. Beberapa di antara mereka tampak sibuk mengabadikan pementasan seni tersebut menggunakan kamera digital yang dibawanya.

Pertunjukan seperti ini  rencananya rutin dilaksanakan setiap purnama.
Perbekel Desa Pejeng Cok Agung Kusumayudha Pemayun menjelaskan, jika kesenian Desa Pejeng sudah bangkit maka akan memudahkan mendatangkan wisatawan. Sebab Desa Pejeng menjadi jalur perlintasan wisatawan yang berkunjung ke Kintamani dan Batur, Bangli.  “Jika semuanya sudah berjalan, tinggal mengarahkan saja. Kami berharap potensi wisata Desa Pejeng bangkit dan menjadi daya tarik wisatawan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. 

Sementara itu, Tokoh Puri Pejeng, Cok Rai Widiarsa Pemayun mengatakan, pementasan karya seni bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”  ini digelar serangkaian jamuan makan malam yang dihadiri sekitar 50 wisatawan mancanegara. Pihaknya menjalin kerjasama dengan sejumlah travel agent untuk mempromosikan potensi wisata Pejeng. “Kami sengaja melibatkan seniman lokal sebagai upaya untuk memberdayakannya, sehingga mereka bisa tampil maksimal dan memperkenalkan potensi yang dimiliki, ” tegasnya. (dey)

Kamis, 20 November 2014

Kobarkan Semangat Gusti Ngurah Rai

* Ratusan Siswa Sambut Peserta Napak Tilas di Pejeng

PEJENG, Ratusan siswa SD dan SMP se Desa Pejeng menyambut peserta napak tilas Pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Kamis 13 November 2014. Iring-iringan yang membawa pataka dan panji-panji perjuangan Ngurah Rai tiba di Pejeng sekitar pukul 18.00 Wita.
Tampak ratusan siswa  membawa bendera merah putih, berjejer di pinggir jalan mulai dari monumen perjuangan rakyat Pejeng. Mereka menyambut pasukan pembawa panji-panji dan Pataka Ngurah Rai  dengan penuh semangat, sembari mememikkan kata-kata merdeka… merdeka, merdeka, di sepanjang perjalanan.

Ketika memasuki Jaba Puri Pejeng tampak ratusan siswa SMP Santiyoga membawa obor dan bendera merah putih. Diriingi tetabuhan balagenjur, mereka bersiap-siap menyambut pasukan pembawa panji-panji Ngurah Rai untuk bersama-sama menuju ke Tugu Pahlawan Sapta Dharma. Setibanya di Tugu Pahlawan, seluruh peserta menggelar upacara, dilanjutkan dengan tabur bunga. Setelah itu, pasukan napak tilas Ngurah Rai kembali menuju Gianyar.
Sebelumnya, panji-panji dan pataka Ngurah Rai di arak keliling Gianyar. Dilepas Asisten I Setda Gianyar Cokorda Rai Widiarsa mewakili bupati.

Cok Rai mengatakan, kegiatan Napak Tilas dan  Sarasehan ini merupakan momentum untuk memantapkan penghayatan terhadap nilai-nilai kejuangan oleh pahlawan bangsa. Nilai tersebut tercermin dalam semangat persatuan dan kesatuan, jiwa rela berkorban, mengutamakan kepentingan umum, pantang menyerah dalam pelaksanaan pembangunan.
“Kendati kita sudah merdeka, namun berbagai permasalahan masih harus dihadapi, yaitu kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, pemerataan pembangunan, dan pelbagai masalah sosial lainnya. Namun,kita tetap yakin semuanya akan terselesaikan. Apabila kita bahu membahu dalam pembangunan,’’ terang Pejabat asal Puri Pejeng itu. (dey)