IPEC Gelar Pertemuan di Pejeng
PEJENG, Desa Pejeng belakangan ini terus
menggeliat. Pembangunan di berbagai sektor kini gencar dilaksanakan, di bawah kepemimpinan
Kepala Desa Cokorda Agung Kusuma Yudha Pemayun. Melihat berbagai terobosan yang
dilakukan Kades Cok Agung, tidak berlebihan jika Pejeng dipilih sebagai salah
satu desa di Bali yang menjadi lokasi kegiatan Indonesia Poverty dan
Empowerment Conference (IPEC) 2014. IPEC ini sebelumnya dikenal dengan Temu
Nasional Penanggulangan Kemiskinan.
Koordinator IPEC 2014 Melly Hassan, saat diskusi
di Pekarangan Merdeka Pejeng, Minggu 16 November, mengatakan kegiatan yang digagas LSM
Sinergi Indonesia ini sudah ketiga kalinya digelar. Dalam menghimpun
simpul-simpul penanggulangan kemiskinan, pihaknya membagi menjadi tiga kelompok
yakni kawasan pesisir, perkotaan dan pedesaan. Khusus untuk pedesaan, pihaknya
mengambil sampel di Desa Pejeng, Tampaksiring. Alasannya, Desa Pejeng di bawah
Kepala Desa Cok Agung Kusuma Yudha Pemayun sedang gencar-gencarnya menjalankan
program pengentaskan kemiskinan dengan kearifan lokal.
“Cok Agung selaku kepala desa merupakan seorang
champion dalam membangun desanya," jelasnya.
Diakui, dalam program pengentasan kemiskinan di
Desa Pejeng, tak bisa dilepaskan dari figur pemimpinnya yakni Cokorda
Agung. Selain sebagai Kades, Cok Agung juga dikenal sebagai seorang
entrepreneur yakni perintis perajin batik bebalian di desanya. Upaya ini mampu
memberikan harapan baru kepada masyarakat, khususnya kaum pemuda dan ibu
rumah tangga.
“Cok Agung merupakan tokoh inspiratif yang
menggerakkan semangat para pemuda dan ibu-ibu rumah tangga di Desa Pejeng untuk
tetap semangat dalam menanggung beban keluarga,” tegasnya.
Dikatakan, Cok Agung rela keluar dari
pekerjaannya dan kemudian belajar membatik di Pulau Jawa. Keahliannya itu
kemudian dikembangkan di desanya dengan membuka usaha canting. Para ibu rumah
tangga dan pemuda setempat direkrut sebagai tenaga kerja.
Yang menarik, dalam pertemuan itu hadir dua
narasumber lainnya yakni Andre Graff, warga asal Perancis yang menjual
perusahaan balon udara untuk mengentaskan kemiskinan di Sumba, NTT khususnya
soal kekurangan air. Satu lagi adalah I Gede Nyoman Bayu Wirayuda yang sangat
getol dengan konservasi satwanya. Baginya memelihara satwa dan lingkungan
merupakan salah satu pengentasan kemiskinan.
"Pada prinsipnya kami berbuat semuanya
karena hati," kata Cok Agung. Menurutnya,
berbuat untuk kepentingan warga desa adalah sebuah kewajiban dan panggilan
hati. Terlebih, sebagai warga masyarakat Bali, nantinya dipastikan akan kembali
pulang ke desa. “Saatnya sekarang saya kembali pulang untuk mengabdikan diri
kepada masyarakat Pejeng,” pungkasnya. (dey).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar