PEJENG, Nyepi sipeng yang
dilaksanakan seluruh umat Hindu, Senin (31/3), benar-benar membuat suasana alam
di Desa Pejeng sunyi nan hening. Masyarakat menghentikan aktifitasnya seharian
penuh untuk melaksanakan catur brata penyepian (amati geni, amati karya, amati
lelungan dan amati lelangenan). Tak ada deru motor, tak ada suara riuh pasar,
tak ada pula sorakan bebotoh.
Yang ada hanyalah desiran angin
menghempas dedaunan kering…, yang ada hanyalah kicauan burung yang asyik bercengkrama
di ranting-ranting pohon serta lengkingan suara kedis engkik-engkik engkir memecah
kesunyian alam…, yang ada hanyalah gulita sepanjang malam hingga suasana
benar-benar hening…, yang ada hanyalah sejumlah pecalang yang berjaga-jaga di
sejumlah pempatan.
Suasana Nyepi di Pejeng kali ini
memang tak jauh beda dengan Nyepi yang sudah-sudah. Sejak pagi hari warga
masyarakat sudah melaksanakan catur brata penyepian sebagaimana diumumkan
prajuru desa adat saat persembahyanhgan bersama serangkaian melasti ngubeng di Pura Penataran Sasih.
Kenyataan ini bisa jadi sebagai dampak
positif dari sikap tegas Perbekel Desa Pejeng Tjokorda Gede Agung Pemayun saat
pelaksanaan Nyepi tahun lalu. Yang mana, saat itu Tjokorda Perbekel bersama
pecalang tampak membawa kamera canggih untuk memantau pelaksanaan Nyepi di
wilayah desa yang dipimpinnya. Tak tanggung-tanggung Tjokorda Perbekel
menjepret setiap warga yang melanggar alias keluar rumah saat nyepi sipeng
berlangsung. Dari hasil jepretan kameranya tersebut, akan diketahui warga yang
melanggar lalu dipanggil langsung ke kantor desa untuk di-briefing agar tidak mengulangi perbuatannya.
Langkah tersebut juga dilakukan
Ida Tjokordas saat Nyepi tahun ini. Mudah-mudahan dengan langkah berani ini,
pelanggaran demi pelanggaran saat Nyepi dimasa-masa yang akan datang bisa
dicegah. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar