Perayaan Galungan dan Kuningan di Pejeng
PEJENG, Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Pejeng
berlangsung aman, lancar dan cukup meriah. Suasana menyambut hari raya sudah
terasa sejak beberapa hari menjelang Galungan. Kesibukan warga meningkat, sejumlah
warung di pinggir-pinggir jalan berlomba menjual perlengkapan penjor, seperti
gelungan, sampiyan, hingga aksesoriesnya berupa lampion, kain putih kuning,
pita warna-warni dan lainnya.
Kesibukan semakin jelas terasa saat penyajan hingga
penampahan Galungan. Saat penyajan, pasar terbesar di Pejeng ini tampak dipadati
pedagang dan pembeli dari berbagai pelosok desa. Mereka umumnya membeli segala
keperluan untuk menyambut hari raya, baik untuk banten maupun keperluan mebat.
Puncak kesibukan warga terjadi saat penampahan Galungan. Mulai dini hari, warga
sibuk mepatung, ada pula yang menempuh cara praktis dengan membeli daging babi
di pasar terdekat. Setelah mendapat daging, dilanjutkan mebat. Usai mebat dilanjutkan dengan mamenjor (memasang penjor) di depan rumah warga masing-masing. Sementara
kaum perempuannya sibuk membuat banten untuk dihaturkan ke sanggah / merajan
serta Pura-Pura pada saat hari Galungan.
Pada saat Galungan tib, warga tampak lalu lalang pedek
tangkil ke pura-pura yang ada di Pejeng. Seperti Pura Puseh/Desa, Pura Manik
Corong, Pura Penataran Sasih, Pura Pusering Jagat, Pura Atman Surat, Pura Kebo
Edan, Pura Melanting Pasar Pejeng, Pura Pucak, Pura Prajapati dan Dalem
Tengaling.
Kesibukan yang nyaris sama juga terlihat saat krama
menyambut hari Raya Kuningan. Bedanya, suasana saat hari raya Kuningan lebih
sepi jika dibandingkan dengan saat Galungan. Itu biasa terjadi, lantaran proses
persembahyangan hari raya Kuningan dibatasi hingga tengah hari, sebelum Ida
Bethara, Para Dewa diiringi para Pitara mewali budal ke swarga loka.
Rutinitas selama hari raya Galungan dan Kuningan di Pejeng
tetap berlangsung seperti biasa. Saat Umanis Galungan krama di masing-masing banjar
menggelar paruman. Dalam paruman ini membahas berbagai persoalan banjar maupun
desa adat maupun desa dinas. Baik yang sudah berjalan, ataupun sedang dan akan
dilaksanakan demi pembangunan desa Pejeng.
Selain paruman, pada sore harinya Sasuhunan Ida Ratu Mas
melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng diiringi seluruh warga. Beberapa
hari berikutnya –masih dalam suasana Galungan dan Kuninangan—giliran Sasuhunan
Ida Ratu Agung melancaran ke seluruh wilayah banjar di desa Pejeng.
“Yaah begitu lah rutinitas warga di Pejeng selama ini,” ujar
Dewa Raka, salah seorang warga saat ditemui ngiring sasuhunan melancaran.
Yang membuat suasana agak berbeda adalah prosesi ngelawang
barong bangkal. Biasanya, sekeha barong anak-anak lokal Pejeng aktif ngelawang keliling
desa. Itu dilakukan hampir setiap hari, selama Galungan - Kuningan. Namun kali
ini, sekeha barong yang ngelawang justru dari luar Pejeng. Tak ada pilihan
lain, warga pun ramai-ramai ngupah, sambil nonton barong bangkal ngelawang dan
sesekali berteriak ciiiiiiittt… tah..! Terlepas dari semua itu suasana hari
raya kali ini di Desa Pejeng tetap meriah. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar