Jumat, 31 Oktober 2014

“Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”

* Dibuka Bupati Agung Bharata  

Bupati Agung Bharata menyapa para tamu undangan "Cultural Wonders
of The Royal Pejeng perfomances 
PEJENG, Sebagai desa pendamping kawasan wiSata Ubud, Desa Pejeng memang belum tersentuh sektor pariwisata. Padahal, di desa tua ini, banyak ada potensi wisata yang masih belum tergali, termasuk sejumlah peninggalan purbakala. Pun demikian, dari segi adat istiadat dan kebiasaan unik serta pemandangan alamnya, Desa Pejeng tak kalah dibandingkan desa wisata lainnya. Kondisi inilah yang membuat Pemkab Gianyar menggelar kegiatan bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance”, Rabu (8/10) lalu. 
Memang dari segi kawasan, Desa Pejeng berada diantara dua sungai, yakni sungai Pakerisan dan sungai Petanu yang berlokasi di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Desa ini dikenal dengan sejumlah Pura dan situs purbakalanya. Salah satu tradisi unik yang dimiliki Desa Pejeng adalah ritual “Siat Sampian” yang bermakna solidaritas dan semangat “gotong royong” serta kebersamaan. Tradisi ini dilaksanakan setiap piodalan di Pura Penataran Sasih. 
Di Desa Pejeng juga ada sebuah istana yang bernama Puri Agung Soma Negara Pejeng. Istana ini sebagai bukti Kerajaan Bali juga berkembang di Pejeng. Puri Agung Soma Negara Pejeng merupakan salah satu kerajaan tertua di Bali. Puri ini ditemukan pada abad ke-10 sebelum aliran Budha tersebar di Bali dan berpusat di Bedulu. Anggota kerajaan Soma Negara ini dahulu sempat diasingkan ke Nusa Penida selama beratus-ratus tahun sehingga  Puri Pejeng terbengkalai. Namun seni dan budaya tidak pernah luntur bahkan seni tari yang menjadi akar budaya Pejeng menyelamatkan keberadaan kerajaan ini. 
Terbukti, pada tahun 1817, Puri Pejeng hidup kembali setelah menampilkan salah satu kesenian sakralnya. Hal ini membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi tiang peradaban yang kaya dan beragam. Dengan potensi yang luar biasa itu masyarakat Desa Pejeng menghasilkan berbagai macam kebudayaan adiluhung yang menarik untuk digali dan dikembangkan menjadi sebuah mahakarya seni. Untuk itulah, digelar sebuah karya yang bertajuk “Cultural Wonders of the Royal Pejeng Performance” .
Dalam pertunjukkan tersebut, ditampilkan sejumlah kesenian klasik seperti Mawirama, Wayang Kulit, Wayang Wong (Wayang Orang) dan Kecak yang mengambil lakon  “Kumbakarna Gugur”. Pertunjukkan ini bertujuan menghidupkan kembali warisan budaya Desa Pejeng dan untuk menarik wisatawan datang ke Pejeng sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Gianyar.
Bupati Gianyar Agung Bharata yang mendukung penuh kegiatan ini menegaskan, negara yang besar menghargai alam, sejarah dan budayanya. Budaya itu sendiri dikembangkan dan dibentuk oleh nilai-nilai dari anggota masyarakatnya. Bali dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat Bali. “Pemahaman dan pengetahuan mendasar tentang sejarah membuat kita melestarikan dan bahkan mengembangkan warisannya terutama dalam seni dan budaya. Desa pejeng sebagai bagian dari Kabupaten Gianyar, juga akan terus dilestarikan dan dikembangkan keberadaannya terutama kebudayaannya,” tegasnya. 
Perbekel Desa Pejeng, Cok Agung Kusumayudha sangat menyambut positif kegiatan ini. Menurutnya, saat ini pihaknya memang sedang berupaya membangkitkan potensi wisata di Desa Pejeng. “Dengan adanya kegiatan seperti ini, kami sangat berharap potensi wisata Desa Pejeng bisa dibangkitkan dan nantinya mampu mensejahterkan masyarakat,” harapnya. (dey/wb)

Tidak ada komentar: