Jumat, 01 Maret 2013

Tarian Sanghyang Jaran Memukau Krama Pejeng


Sanghyang Jaran injak-injak bara api

GIANYAR- Suasana di sekitar jaba tengah Pura Penataran Sasih, Pejeng, Rabu (27/2) malam, benar-benar mencekam. Ribuan krama desa tampak berjubel di wantilan serta duduk lesehan di jaba tengah, menanti pementasan “ilen-ilen” Sanghyang Jaran.  

Dan saatnya pun tiba, waktu menunjukkan pukul 22.15 wita. Sejumlah remaja putri tampak mengusung canang rebong diiringi tetabuhan baleganjur. Iring-iringan remaja putri ini terhenti persis di depan candi bentar, jaba tengah Pura Penataran Sasih. Mereka lalu duduk bersimpuh. Tak lama berselang, sekeha gong Br. Guliang pun mulai menabuh gamelan, pertanda pementasan segera dimulai.

Tampil sebagai pembuka, tarian legong lasem. Penampilan para penari legong lasem yang lemah gemulai, serta dengan gerakan yang kompak membuat para penonton berdecak kagum. Aplaus pun menggema, pertanda penonton puas akan suguhan tarian klasik tersebut.

Setelah itu, tampil sepasang punakawan sekaligus mengantarkan penonton menuju obyek pementasan kisah Sanghyang Jaran ini. Penampilan punakawan ini sempat mengocok perut penonton yang memadati arena pertunjukan malam itu. Singkat cerita, terjadi peperangan sengit antara Dewa Ganna dengan raksasa sakti. Di tengah-tengah peperangan itu lah kemudian muncul Sanghyang jaran diiringan pasukan penari Kecak.

Lampu di sekitar arena pertunjukan tiba-tiba padam, sehingga suasana menjadi kian magis. Sementara suara cak-cak-cak…cak, saling bersahutan. Dilanjutkan dengan melantunkan lagu Sanghyang Jaran tanpa putus-putus. Nah saat itulah penari Sanghyang Jaran kerauhan setelah diperciki tirtha, menari-nari mengelilingi bara api yang tersulut dari sambuk (gundukan sabut kelapa kering). Lagu Sanghyang Jaran yang terus berkumandang membuat penarinya kian kesurupan, menerjang gundukan sabut kelapa yang sedang berkobar itu. Bara api yang menyala itu kemudian diinjak-injak, hingga api berterbangan di sekitar arena pentas, namun tidak sampai mengenai penonton.

Hebatnya, penari Sanghyang Jaran yang bermandikan api itu sedikit pun tidak mengalami cedera atau terbakar.  ‘’Sungguh Luar biasa…’’ ucap para penonton yang sedari tadi tegang menyaksikan adegan demi adegan tersebut.

Setelah bara api tersebut padam akibat terinjak-injak, penari pun akhirnya kembali sadar dari kesurupan. ‘’Saya bersyukur dapat ngayah menari atas restu Ida Bethara Sanghyang yang berstana di Pura Penataran Sasih,’’ tutur I Made Renu, penari Sanghyang Jaran.

Tarian ini menjadi perhatian warga setempat, karena puluhan tahun tidak pernah dipentaskan. Menurut informasi, tarian sakral Sanghyang Jaran ini pernah dipentaskan sekitar tahun 1966 silam. (dey)

Tidak ada komentar: