Sanghyang Jaran injak-injak bara api |
GIANYAR- Suasana
di sekitar jaba tengah Pura Penataran Sasih, Pejeng, Rabu (27/2) malam,
benar-benar mencekam. Ribuan krama desa tampak berjubel di wantilan serta duduk
lesehan di jaba tengah, menanti pementasan “ilen-ilen” Sanghyang Jaran.
Dan saatnya pun tiba, waktu menunjukkan pukul 22.15
wita. Sejumlah remaja putri tampak mengusung canang rebong diiringi tetabuhan
baleganjur. Iring-iringan remaja putri ini terhenti persis di depan candi
bentar, jaba tengah Pura Penataran Sasih. Mereka lalu duduk bersimpuh. Tak lama
berselang, sekeha gong Br. Guliang pun mulai menabuh gamelan, pertanda
pementasan segera dimulai.
Tampil sebagai pembuka, tarian legong lasem.
Penampilan para penari legong lasem yang lemah gemulai, serta dengan gerakan
yang kompak membuat para penonton berdecak kagum. Aplaus pun menggema, pertanda
penonton puas akan suguhan tarian klasik tersebut.
Setelah itu, tampil sepasang punakawan sekaligus
mengantarkan penonton menuju obyek pementasan kisah Sanghyang Jaran ini.
Penampilan punakawan ini sempat mengocok perut penonton yang memadati arena
pertunjukan malam itu. Singkat cerita, terjadi peperangan sengit antara Dewa
Ganna dengan raksasa sakti. Di tengah-tengah peperangan itu lah kemudian muncul
Sanghyang jaran diiringan pasukan penari Kecak.
Lampu di sekitar arena pertunjukan tiba-tiba padam,
sehingga suasana menjadi kian magis. Sementara suara cak-cak-cak…cak, saling
bersahutan. Dilanjutkan dengan melantunkan lagu Sanghyang Jaran tanpa
putus-putus. Nah saat itulah penari Sanghyang Jaran kerauhan setelah diperciki
tirtha, menari-nari mengelilingi bara api yang tersulut dari sambuk (gundukan
sabut kelapa kering). Lagu Sanghyang Jaran yang terus berkumandang membuat
penarinya kian kesurupan, menerjang gundukan sabut kelapa yang sedang berkobar
itu. Bara api yang menyala itu kemudian diinjak-injak, hingga api berterbangan
di sekitar arena pentas, namun tidak sampai mengenai penonton.
Hebatnya, penari Sanghyang Jaran yang bermandikan api
itu sedikit pun tidak mengalami cedera atau terbakar. ‘’Sungguh Luar
biasa…’’ ucap para penonton yang sedari tadi tegang menyaksikan adegan demi
adegan tersebut.
Setelah bara api tersebut padam akibat terinjak-injak,
penari pun akhirnya kembali sadar dari kesurupan. ‘’Saya bersyukur dapat ngayah
menari atas restu Ida Bethara Sanghyang yang berstana di Pura Penataran
Sasih,’’ tutur I Made Renu, penari Sanghyang Jaran.
Tarian ini menjadi perhatian warga setempat, karena
puluhan tahun tidak pernah dipentaskan. Menurut informasi, tarian sakral Sanghyang
Jaran ini pernah dipentaskan sekitar tahun 1966 silam. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar