Salah satu ogoh-ogoh meramaikan malam pengrupukan |
Gianyar, Puluhan ogoh-ogoh menyemarakkan malam pangerupukan
Nyepi, di Desa Pakraman Jero Kuta
Pejeng, bertepatan dengan rahina Tilem Kesanga, Senin (11/3). Ogoh-ogoh dalam
berbagai rupa dan ukuran itu diarak dengan penuh semangat oleh anak-anak hingga
para pemuda (sekeha teruna-teruni) dari empat banjar yang ada.
Sebelumnya ogoh-ogoh tersebut “diplaspas” di masing-masing
balai banjar, kemudian secara bergiliran di arak menuju jaba Pura Penataran
Sasih, tempat berlangsungnya acara. Parade ogoh-ogoh ini dipusatkan di jaba
Pura Penataran Sasih Pejeng, dibuka langsung Bendesa Alit Desa Pakraman Jero
Kuta Pejeng, Cokorda Rai Pemayun.
Dalam sambutannya, Cok Rai Pemayun memberi apresiasi positif
atas terselenggaranya parade ogoh-ogoh ini. Menurutnya, berbagai ogoh-ogoh yang
ditampilkan dalam parade ini merupakan wujud kreatifitas anak-anak muda pejeng
di dalam melestarikan seni dan budaya. “Ini merupakan ajang penyaluran bakat
seni dan kreatifitas anak-anak muda
dalam upaya pelestarian budaya daerah,” ucapnya. Cok Rai juga menekankan kepada seluruh pemuda
maupun masyarakat se-Jero Kuta Pejeng bersama-sama menjaga situasi keamanan
desa agar tetap kondusif, terlebih pada saat Hari Raya Nyepi.
Setelah dibuka secara resmi oleh Bendesa Alit Cok Rai
Pemayun, parade ogoh-ogoh pun dimulai. Tampak
ribuan penonton memadati areal tempat berlangsungnya acara, persis di depan
alun-alun desa Pejeng. Tampil sebagai pembuka adalah STT Yowana Wira Laksana,
Banjar Pande. Tepuk tangan penonton pun menggema, begitu terdengar suara gong
baleganjur dari sekeha gong remaja
Banjar Pande ini. Selama kurang lebih 20 menit mereka menampilkan berbagai
atraksi yang dikemas dalam fragmen tari .
Sebagai peserta berikutnya adalah STT Budi Muditha, Banjar
Guliang Pejeng. Seakan tak mau kalah dengan atraksi ogoh-ogoh sebelumnya,
sekeha teruna ini pun menampilkan fragmentari yang tak kalah menariknya. Sorak
tawa penonton sempat mewarnai saat melihat tingkah polah anak-anak yang turut
semangat mengarak ogoh-ogoh.
Yang tak kalah menariknya adalah penampilan ogoh-ogoh dari
STT Yowana Kertha Yoga, Banjar Puseh. Sekeha teruna teruni ini menampilkan
ogoh-ogoh berupa babi raksasa (bangkal). Tak hanya itu, juga ditampilkan sosok
barong serta barong bangkal untuk melengkapi kisah cerita dalam fragmentari yang
dipentaskan.
Sementara STT Yowana Dipa Daksina menadapat giliran
terakhir, sekaligus sebagai penutup parade ogoh-ogoh. Dalam parade ini, STT
Yowana Dipa Daksina juga menampilkan fragmentari disertai para penari remaja putri
yang lemah gemulai, sehingga mampu menyedot perhatian penonton. Sejumlah ogoh-ogoh yang tampil pada kesempatan
itu juga menarik perhatian warga masyarakat yang memadati jaba Pura Penataran
Sasih. Salah satunya adalah ogoh-ogoh berupa sosok celuluk atau raksasa gundul,
tampil mengendarai sepeda antik. Dengan gerak serta goyangan yang kompak dari
para pengusungnya, seolah-olah ogoh-ogoh ini tampak hidup, meluncur dengan
sepeda pancal tua.
Syukurlah, secara keseluruhan parade ogoh-ogoh tahun 2013
ini terbilang berjalan lancar dan sukses. Tidak ada gesekan atau bahkan bentrok
fisik, sebagaimana yang sempat terjadi pada tahun 2012 silam. Yang membuat
pelaksanaan parade ini lancar juga tak lepas dari ketegasan pemerintah,
termasuk pemerintah desa yang melarang penggunaan mercon atau pun meriam bambU saat
pengarakan ogoh-ogoh. Di samping itu, juga
karena ketatnya peredaran miras khususnya arak di kalangan masyarakat
akhir-akhir ini.
Namun di balik suksesnya penyelenggaraan parade ogoh-ogoh
ini, ada hal yang perlu menjadi catatan, yakni molornya penyelenggaraan parade
dari jadwal semula pukul 17.00, menjadi pukul 19.00 wita, sehingga selesainya terlalu
malam. Semoga parade ogoh-ogoh di tahun-tahun mendatang bisa lebih sukses lagi.
Selamat Hari Raya Nyepi Caka Warsa 1935! (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar