Rabu, 28 Februari 2024

TUMBEN, SIYAT SAMPIYAN SEPI PENONTON

PEJENG – Tradisi nampiyog yang di dalamnya berisi mabente-bentean, maombak-ombakan hingga siyat sampiyan di Pura Penataran Sasih selalu menjadi tontonan menarik. Biasanya krama yang hendak mendak Ida Bhatara Manca-manca budal maupun wisatawan mancanegara memadati areal jeruan Pura untuk menyaksikan secara langsung tradisi unik ini. Namun suasana ramai seperti itu tidak terlihat saat prosesi nampiyog kali ini.

Pasalnya, jadwal nampiyog dan ngebudalan Ida Bhatara Manca-manca bertepatan dengan rahina Penampahan Galungan, 27 Februari 2024. Yang mana pagi harinya banyak krama fokus mebat serta menyelesaikan segala keperluan untuk Hari Raya Galungan. Karena bertepatan rahina penampahan pula, seluruh jadwal nampiyog baru bisa dilaksanakan sekitar pukul 11.15 wita dan prosesi ngebudalan Ida Bhatara Manca-manca sekitar pukul 16.00 wita. Kondisi itu lah yang menyebabkan suasana di jeruan Pura Penataran Sasih saat berlangsungnya nampiyog terbilang agak lengang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pantauan di lokasi sekitar pukul 11.00, sejumlah jero Sutri tampak bersiap-siap sembahyang di hadapan pelinggih Ida Ratu Pura Penataran Sasih. Sekitar pukul 11.15 wita prosesi ngeluaran dimulai. Tampak sejumlah Jero menari-nari dengan iringan tabuh lelambatan. Dipimpin langsung pemundut canang rebong, barisan sutri itu sambil menari-nari dari jeruan pura menuju jaba tengah, sebagai tempat terakhir ritual ngeluaran.

Selanjutnya jero sutri itu menari rejang, mengelilingi jeruan pura sebanyak tiga kali dengan gerakan nunas maupun, ngeber. Setelah isitrahat sejenak, mereka kembali menari dengan gerakan yang lemah gemulai, sambil mengibas-ngibaskan selendang putihnya laksana mabente-bentean, berkeliling pura sebanyak tiga kali.

Terik matahari siang itu tak membuat para jero sutri tersebut kelelahan setelah berkeliling pura masing-masing tiga kali dalam setiap tahapan. Justru sebaliknya, mereka bak “kerauhan” dan mendapat tenaga ekstra melanjutkan tugasnya maombak-ombakan bersama-sama para juru sirat. Suasana di jeruan pura pun semakin panas, bersamaan hadirnya juru sirat maideran (mapurwa daksina).

Puncaknya, dengan iringan tabuh baleganjur Jero Sutri dan Juru Sirat lanjut masiyat sampiyan sebagai puncak dari ritual nampiyog. Mereka yang terlibat berebut mengambil sampiyan dangsil yang telah disiapkan prajuru. Jero sutri menyerang sutri lainnya dengan samipyan, begitu pula juru sirat menyerang peserta lainnya, sehingga suasana menjadi riuh bersamaan dengan teriakan-teriakan peserta. Walau sepi penonton, namun peserta siyat sampiyan ini tetap semangat menunaikan tugasnya ngayah demi suksesnya karya di Pura Penataran Sasih. (Dewa Suamba)

Tidak ada komentar: