PEJENG, Nyepi sipeng. Bagi warga yang ketahuan kelaur
rumah akan dikenakan sanksi. Pengumummaman tersebut berulangkali disampaikan
prajuru desa saat piodalan di Pura Penataran Sasih Pejeng. Seluruh krama Jero Kuta
Pejeng tampaknya mengindahkan pengumuman tersebut. Buktinya, saat Nyepi,
suasana Desa Pejeng benar-benar hening, sunyi dan sepi (sipeng).
Kondisi sipeng ini rupanya dirasakan para pecalang desa
pakraman jro Kuta Pejeng. Mereka tidak perlu kucing-kucingan dengan warga,
khususnya anak-anak yang mencoba bermain di luar rumah. “jika dibandingkan
Nyepi tahun-tahun sebelumnya, perayaan Nyepi kali ini jauh lebih tertib dan sipeng,”
ujar Kelian Pecalang A.A Gede Putera dalam sebuah kesempatan.
Namun demikian, diakui masih ditemukan sejumlah pelanggaran
di beberapa lokasi di lingkungan Jero Kuta Pejeng. Seperti yang terjadi di
Banjar Pande, pecalang menemukan sejumlah anak yang mengarak ogoh-ogoh saat
Nyepi. Melihat hal itu, tentu saja pecalang terpaksa bertindak tegas, demi
menegakkan aturan yang ada.
Bersama orangtuanya, anak-anak tersebut telah dipanggil dan “disidang”
di kantor desa beberapa hari setelah hari raya Nyepi. Tidak cukup sampai
disitu, mereka juga dikenakan sanksi ngayah gotong-royong merabas alang-alang di
areal Pura Pusering Jagat. Sanksi tersebut telah mereka jalani di bawah
pengawasan langsung pecalang. Anak-anak itu pun tampak manut, menuruti apa
perintah dari pecalang.
Sanksi seperti itu hendaknya dijadikan pelajaran bagi warga
Pejeng pada umumnya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.
Jangan nodai hari suci “nyepi” ini. Kalau bukan kita (sebagai umat Hindu) yang menghormati
hari suci ini, lalu siapa lagi? (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar