PEJENG, Sehari sebelum Tilem sasih Kapitu umat
hindu memperingati Hari Siwaratri. Tak terkecuali warga masyarakat Pejeng,
merayakan malam renungan suci itu dengan maturan ke sejumlah pura yang ada di
wilayah Desa Pakraman Jro Kuta Pejeng.
Mulai oukul 19.00
wita, ratusan umat hindu di Pejeng sudah pedek tangkil di Pura Penataran Sasih.
Di Pura inilah dipusatkan perayaan hari Siwaratri, pada Senin 19 Januari 2015.
Setelah dilakukan persembahyangan bersama yang dipimpin langsung Pemangku Pura
Penataran Sasih dilanjutkan dengan dharma wacana serta makekawin yang
mengisahkan Sang Lubdaka seorang pemburu binatang, yang terbebas dari dosa
karena bergadang semalam suntuk saat malam Siwaratri.
Setelah melakukan
persembahyangan di Pura Penataran Sasih, sejumlah warga melanjutkan sembahyang
di Pura Dalem, Pura Puseh/Desa, Pura Manik Corong, Pura Kebo Edan hingga Pura Pusering Jagat.
Suasana jalan
raya Pejeng pada malam itu pun ramai oleh lalu lalang umat yang hendak
sembahyang. Cuaca ayang cukup bersahabat pada malam itu membuat perayaan
Siwartri berlangsung khusyuk.
Mengutip penjelasan Ida pedanda Gunung, bahwa dalam
Siwarati umat manusia berusaha menyadarkan diri, sehingga terhindar dari papa
(kegelapan pikiran dan jiwa) seperti yang tertuang dalam puja tri sandya
"Om papo'ham papakarmaham papatma papasambhavah" yang pada akhirnya
akan menghindarkan manusia dari segala perbuatan dosa.
Dijelaskan pula, dalam diri manuasia bersemayam Tuhan
beserta sifat-sifat ketuhanan, namun seiring perjalanan hidup, kegelapan dan
ilusi duniawi membuat manusia semakin lupa akan asal dan jati diri. Jika di
urut dari asal katanya, Siwa itu
dapat diartikan sebagai terang dan Ratri
itu dapat diarikan gelap. Jadi Siwaratri dapat diartikan bahwa yang terang
telah menjadi gelap dan yang gelap menjadi terang kembali. Nah, melalui
perayaan Siwaratri diharapkan manusia sadar akan dirinya dan tidak mengulangi
perbuatan dosa. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar