Pejeng, Malam itu mulai sekitar pukul 19.30 wita, Rabu
(29/1), suasana di sejumlah Pura di wilayah Desa Pakraman Jro Kuta Pejeng
tampak lain dari biasanya. Pura yang biasanya dijaga para pakemit, malam itu
justru dipadati pemedek untuk melakukan persembahyangan. Jumlah pemedek terus
bertambah hingga dini hari menjelang.
Benar sekali, rupanya pada saat itu Umat Hindu sedang
merayakan hari suci Siwa Ratri. Yakni, upacara pemujaan
ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang
Siwa. Hari siwa ratri ini dirayakan pada purwaning, sehari sebelum rahina tilem
kapitu, atau akhir panglong (panglong ping 14) sasih kapitu. Umat Hindu percaya
malam siwa ratri ini merupakan malam yang paling gelap di antara malam-malam yang
ada menjelang tilem.
Pada malam siwa ratri
inilah Ida Sang Hyang Siwa beryoga. Karena itu lah umat Hindu merayakan siwa
ratri ini sebagai upaya penyucian diri, mohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa dalam manefestasinya sebagai Ida Bethara Siwa agar kita sebagai umat diampuni
dari segala dosa-dosa yang pernah diperbuat. Tak heran, jika dalam
perkembangannya istilah puja siswa ratri ini di kalangan umat Hindu dimaknai
sebagai malam renungan suci. Yakni, dengan melaksanakan kegiatan brata berupa
upawasa, monabrata dan jagra (begadang semalam suntuk).
Pelaksanaan puja siwa
ratri tahun ini di wilayah Jro Kuta Pejeng dipusatkan di Pura Pusering Jagat.
Setelah melakukan persembahyangan bersama sekita pukul. 19.00 wita, sejumlah
pemedek melanjutkan persembahyangan di sejumlah Pura yang ada, seperti Pura
Dalem Tengaling, Pura Manikcorong, Pura Penataran Sasih, Pura Puseh lan Desa,
Pura Tamn Sari, hingga Pura Kebo Edan. Sementara itu, sejumlah anggota sekeha
pesantian khusyuk membacakan sloka-sloka yang mengisahkan seputar petualangan
Sang Lubdaka.
Setelah melaksanakan
tahapan-tahapan untuk melaksanakan puja siwa ratri, umat pun mepamit, pulang ke
rumah masing-masing sekitar pukul 06.00 wita. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar