Kamis, 31 Oktober 2013

Meriahnya Galungan di Pejeng

SUASANA Hari Raya Galungan di Desa Pejeng, Rabu (23/10) lalu tak jauh beda dengan desa-desa lainnya di Bali. Penjor beraneka hiasan tampak berdiri megah di depan rumah-rumah warga. Ribuan umat se-Desa Pakraman Jro Kuta Pejeng tampak melakukan persembahyangan sejak pagi hari. Dimulai dari Merajan, Pura Dadya, Pura Kawitan hingga ke sejumlah Pura yang ada di wilayah desa pakraman Jro Kuta Pejeng. 

Seperti yang terlihat di Pura Kebo Edan, Pura Atman Surat, Pura Pusering Jagat, Pura Penataran Sasih, Pura Puseh/Desa dan Bale Agung, Pura Taman Sari, Pura Manikcorong, Pura Melanting, hingga Pura Dalem dan Prajapati, pemedek silih berganti melakukan persembahyangan. Hari Raya Galungan ini dijadikan momen untuk memohon keselamatan, kerahayuan keluarga serta kedamaian jagat, sebagaimana halnya makna kemenangan dharma atas adharma.

Yang menarik, di sela-sela ramainya umat yang pedek tangkil, tampak beberapa pemedek yang selama ini tinggal di luar Desa Pakraman Pejeng. Ada yang tinggal di Denpasar, Singaraja, atau bahkan ada di luar Pulau Bali. Mereka sengaja datang ke kampung halamannya saat libur panjang ini untuk bertemu sanak keluarga serta teman-teman seperjuangan semasa kecil dulu. Hari raya ini seakan jadi ajang ngumpul bersama keluarga, sekaligus bernostalgia. Dan yang terpenting, bisa sembahyang di Pura-Pura yang ada di Desa Pejeng.

Usai sembahyang, sejumlah warga ada yang piknik ke obyek-obyek wisata terdekat. Ada pula yang ngumpul bareng keluarga besar di rumah, sambil menyantap tum bungkil, tum biyu batu, atau lawar serta kudapan tape ketan manis plus jaja uli. Suasana makin berkesan saat ada barong bangkal ngelawang, lalu mengejar anak-anak yang meneriakkan kata ‘’…cyiiitttt… tah!’’ berulang-ulang diiringi gambelan yang penuh semangat. Sungguh, ini Galungan yang berkesan…! (dey)

Tidak ada komentar: