Hari Raya
Galungan dan Kuningan merupakan momen yang selalu ditunggu-tunggu anak-anak di
Bali. Tak terkecuali anak-anak di Desa Pejeng. Bagi sebagian besar anak-anak, hari
raya ini bukan hanya momen untuk “ngebah” baju baru, tapi juga untuk menonton
atraksi barong bangkal ngelawang. Bahkan tak jarang di antara anak-anak itu
terlibat langsung dalam sekeha barong tersebut. Sementara anak-anak lainnya
rela merogoh kocek Rp 1000 – Rp 2000 untuk ngupah barong.
“…pung,
pung, pung, …pung, pung, pung,….” sayup-sayup terdengar suara kempur di
kejauhan. Mendengar suara itu, anak-anak berlarian keluar rumah lengkap dengan
duit di tangannya. Mereka tahu, kalau sebentar lagi ada barong bangkal ngelawang. Begitu sekeha barong mendekat, di
antara anak-anak itu mengacungkan tangannya lanjut menyerahkan uang recehan Rp
2000 kepada salah seorang anggota sekeha barong. “Tyang ngupah aji duang tali …,” ucap
bocah itu kepada salah seorang anggota sekeha barong seraya menyerahkan
uang Rp 2000.
Begitu
diberi komando, sekeha gong baong itu pun menabuh gamelannya dengan penuh
semangat. “…Pung, pung, pung… nang-nong, nang,
pung, pung, pung,… pung, pung, pung,….”. Terdengar suara kendang, kempur, cengceng, klenang, klenong
bersahutan seakan menciptakan harmoni yang penuh semangat. Dan, barong pun
tampak menari-nari, melenggak-lenggokan badannya mengikuti irama tetabuhan.
Saat
terdengar teriakan cyiiiiiiiittt…. cyiiiiit…cyiiittt… tah.! dari anak-anak, barong bangkal pun seakan tertantang, berjingkrak-jingkrak,
berlari mengejar anak-anak yang sedari tadi berteriak cyiiiittt…,cyiiittt.... tah.
Seiring dengan itu, suara tetabuhan juga makin keras dan galak.
Sekitar
kurang lebih 5 menit beraksi mengejar anak-anak yang berlarian, tak satu pun di
antara mereka itu yang tertangkap. Barong pun kembali ke tempat semula, menghentikan
aksinya kemudian melanjutkan ngelawang ke tempat lainnya.
Menurut
sejumlah anak-anak, nonton barong bangkal memang mengasyikkan. “Wah, pokoknya asyik
dan seru…’’ ujar Dewa Ariguna dan Dewa Surya di sela-sela nonton barong bangkal
ngelawang di Desa Pejeng, Kamis (24/10) lalu. Menurut Ariguna, setiap Galungan
dan Kuningan, dirinya bersama teman-temannya selalu menonton barong bangkal.
Bahkan sesekali dia bersama temannya ikut berteriak ‘’….cyiiiitttt…” agar
dikejar barong. “Wah… seru sekali,” ujarnya.
Sementara
itu, para tetua mengakui, tradisi barong ngelawang memang rutin digelar setiap
Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sejak zaman dulu sudah ada tradisi ngelawang
ini. Memang pada beberapa tahun lalu tradisi ngelawang ini sempat vakum, namun
kini bangkit kembali. Sejumlah warga percaya, dengan ngupah barong ternak
babinya kelak bisa tumbuh sehat. (dey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar